Rabu, 14 September 2016

Nihon Daisuki! 2: Juu (10)

Nihon Daisuki 2: Dainigakki
Juu

          Satu minggu berlalu setelah Asuna meninggal. Hari Selasa, aku dan teman-teman berkumpul di mejaku untuk mengobrol bersama. Kami semua sudah datang, kecuali Nagisa.
          “Koq Nagisa belum datang?” tanya Mitsuo.
          “Entahlah. Mungkin dia sedang terjebak macet,” kata Daichi.
          Kemudian, Nagisa datang.
          “Ohayou gozaimasu!” kata Nagisa, “gomenasai. Tadi aku heboh banget tadi.”
          “Hah, memangnya kenapa?” tanyaku, “kenapa kamu heboh?”
          “Sabtu ini, sekolah tariku akan mengadakan lomba menari,” kata Nagisa, “apakah kalian berempat bisa datang?”
          Mulut kami semua menganga lebar. “Sekolah tarimu mengadakan lomba menari?” tanya Mitsuo.
          Aku mengangguk. “Kebetulan aku sedang tidak ada kegiatan Sabtu ini.”
          “Aku juga sedang tidak ada kegiatan Sabtu ini,” kata Reiko.
          Mitsuo berpikir. Lalu dia menepuk kepalanya. “Sial. Sabtu ini aku ada acara keluarga. Gomenasai. Aku tidak bisa datang ke lomba menarimu, Nagisa-san.”
          “Daijoubu (tidak apa-apa), Mitsuo-san,” kata Nagisa, “kalau Daichi-san, kamu bisa datang?”
          Daichi menggeleng. “Gomenasai. Aku dan keluargaku akan pergi mengunjungi Nenekku Sabtu ini.”
          Lalu Nagisa berkata, “Oke, jadi yang ikut melihat aku lomba menari hanya aku dan Reiko.”
          Aku dan Reiko mengangguk. Lalu kami melanjutkan obrolan kami.
******
          Saat hari Sabtu, aku pergi bersama Reiko ke sekolah tarinya Nagisa. Sesampainya di sana, kami melihat banyak kontestan menari, dan tidak hanya kontestan dari Tokyo, ada juga kontestan dari kota-kota lain, seperti Hokaido, Osaka, Fukuoka, Nagasaki, dan lain-lain.
          Berapa menit kemudian, Nagisa muncul dari belakang panggung.
          “Itu Nagisa-san!” seru Reiko.
          Kami sudah tidak sabar untuk melihatnya menari, tapi sebelum itu, Nagisa ingin bicara sesuatu di mik.
          “Izinkan saya bicara mengenai solo yang akan saya tampilkan,” kata Nagisa, “Beberapa bulan yang lalu, sekolah saya kedatangan murid baru. Namanya Asuna Kobayashi.”
          Aku dan Reiko kaget sambil melihat satu sama lain mendengar apa yang Asuna bicarakan. Lalu Nagisa melanjutkan pembicaraannya.
          “Kami berdua mempunyai hobi yang sama, yaitu menari. Tapi Asuna menyukai balet. Aku pernah melihatnya menari balet di resitalnya. Aku pikir kita berdua akan menjadi sahabat dekat. Tapi...”
          Hening seketika. Nagisa menghela napas panjang. Lalu dia kembali berbicara. “Tapi tiba-tiba saja terserang penyakit yang menyerangnya sejak umurnya 10 tahun, yaitu Tuberkulosis. Lalu beberapa hari kemudian.....dia meninggal.”
          Nagisa menghela napas lagi. Lalu dia kembali berbicara. “Solo ini akan aku tampilkan untukmu, Asuna-san.”
          Nagisa lalu mengembalikan mik, kemudian dia mulai menampilkan solonya dengan lagu Footprints In The Sand nya Leona Lewis. Aku pernah mendengar lagu itu sebelumnya dan itu membuatku menangis. Lalu Nagisa menggunakan ini di solonya. Aku harap Asuna yang sekarang di akhirat bisa melihat solonya ini.
          Setelah melihat penampilan kontestan-kontestan lainnya, waktunya pengumuman pemenang.
          “...dan juara pertama lomba menari di Tokyo School Of Modern Dance adalah.....”
          Seluruh kontestan menepuk tangan mereka di lantai untuk membuat suara drum, lalu nama juara pertama pun di sebutkan.
          “Koizumi Nagisa!”
          Aku dan Reiko kaget. Nagisa menang! Dia diberikan piala, medali, dan sertifikat. Aku dan Reiko lalu berlari ke arahnya.
          “Nagisa-san!” seru kami berdua serempak sambil memeluk Nagisa.
          “Tarianmu tadi emosional sekali!” kataku, “mataku sampai berair.”
          “Iya, Asuna pasti bangga denganmu sekarang!” kata Reiko.
          “Aku tahu,” kata Nagisa dengan mata berkaca-kaca, “terima kasih kalian berdua.”
          Kami bertiga pun berpelukan lagi.
******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar