Selasa, 20 September 2016

Perkemahan Yang Berharga

Perkemahan Yang Berharga

            Pernah mengikuti kemah? Aku pernah mengikutinya. Tapi perkemahan yang aku ikuti ini sangat bermanfaat, berharga dan penuh aktivitas yang seru. Nama perkemahan yang aku ikuti adalah Indonesian Youth Camp For Change, atau bisa dibilang Youth Camp.
            Indonesian Youth Camp For Change adalah perkemahan yang didirikan oleh sebuah organisasi bernama Plan Indonesia. Aku diminta salah satu kakak di organisasi ini sekaligus mahasiswa lamanya Mamaku yang bernama Kak Saneri atau Kak Shere untuk mendaftar ke Youth Camp ini, karena dia merasa aku punya potensial. Lalu beberapa hari kemudian, aku mendapat berita kalau aku diterima oleh Plan untuk mengikuti Youth Camp ini. Aku merasa senang sekali, karena di Youth Camp ini, aku akan belajar menyalurkan suara untuk menolong anak-anak muda, dan aku akan belajar menyalurkan suara untuk menolong anak-anak berkebutuhan khusus (disingkat ABK).
            Youth Camp ini berlangsung satu minggu, dari tanggal 16-19 Mei 2016 di villa Santa Monica. Tapi kami berangkat ke villanya di hari Minggu dari Menara Duta. Aku bertemu dengan banyak sekali peserta dan anggota Youth Advisory Panel (disingkat YAP. Maksudnya panel yang berisi 9 anak muda yang mewakili wilayah kerja Plan masing-masing) Plan. Mereka semua memiliki pengalaman bekerja di sebuah organisasi, komunitas, lembaga atau forum. Mereka juga baik dan mengerti kekuranganku karena sebelum hari kemah, kami berkenalan dan mempelajari materi yang diberikan di Facebook. Sebagian dari mereka ada yang dari Aceh, Medan, Malang, Nusa Tenggara Timur, dan daerah-daerah lainnya.
            Di hari pertama, acara dimulai dengan pembukaan, lalu games dari dua peserta. Kemudian kami belajar mengenal Plan. Plan adalah organisasi international yang berpusat pada anak. Lalu kami kerja kelompok. Masing-masing kelompok memilih isu di dalam map yang sudah dibagikan setelah kami sampai, dan kelompokku mendapat isu perkembangan anak, lalu kami menunjukkannya dengan cara kreatif, seperti menari/drama, dan kelompokku menampilkan drama dan aku menjadi narator. Setelah itu, kami mempelajari hak anak dan cara mengklaimnya. Kami menjawabnya dengan menulis di kertas, dan aku menulis tentang hak anak autis dan bagaimana cara mengklaimnya. Malamnya, kami belajar tentang BIAAG, singkatan dari Because I Am A Girl, gerakan untuk memperjuangkan hak anak perempuan. Dari gerakan itulah aku belajar, bahwa masalah anak muda lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
            Di hari kedua, kami belajar mengenai Advokasi. Advokasi adalah kegiatan membantu orang melakukan apa yang kita pikir benar. Ketika belajar itu, kami belajar masing-masing huruf Advocacy (Bahasa Inggrisnya Advokasi) dengan beberapa peserta melakukan fashion show, salah satunya aku, dan peserta-peserta yang gayanya bagus akan mendapat hadiah berupa snow globe Taj Mahal yang dibeli di India dari Bu Mingming, country directornya Plan Indonesia, dan aku adalah salah satu peserta yang gayanya bagus. Lalu kami belajar menganalisa isu anak, dan kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, dan kelompokku berdiskusi mengenai “kurangnya rasa aman dan nyaman pada anak berkebutuhan khusus.” Setelah diskusi, kami presentasi, dan aku menjelaskan 4 hal yang harus dilakukan pemerintah kepada anak autis yang sudah aku diskusikan dengan Kak Saneri ketika makan siang, dan keempat hal itu diantara lain:
1.      Pemerintah harus diberi tahu apa itu autis
2.      Anak-anak autis harus diperhatikan, dihargai, dan dibantu
3.      Anak-anak autis harus diberikan fasilitas berupa sekolah Inklusi
4.      Anak-anak autis dan anak-anak normal itu sama-sama manusia

            Malamnya, kami melakukan diskusi online dengan anggota-anggota Youth Advisory Panel Plan dari Jepang, Jerman, dan Filipina. Mereka berdiskusi mengenai masalah anak muda di negara mereka dan yang mereka ketahui di Indonesia.
            Di hari ketiga, kami belajar Strategy Choice yang artinya pemilihan strategi. Jadi kelompok ABKku berdiskusi mengenai beberapa strategi untuk memberi masukkan kepada Plan tentang membantu ABK. Hasilnya akan diumumkan di hari terakhir. Setelah itu, kami mempelajari proyek Green Skills dan Green Jobs yang dilakukan oleh Kak Juan dan Kak Norbes dari Nusa Tenggara Timur. Kak Juan memberi presentasi masalah alam dan apa yang dilakukan dia dan teman-temannya lakukan untuk mengatasinya. Sementara Kak Norbes menceritakan prestasinya. Walaupun hanya lulusan SMP, Kak Norbes bisa menghasilkan tanaman, dan penghasilan yang dia buat itu sekitar 17 juta. Kak Norbes hebat sekali. Setelah itu, kami melakukan Photo Workshop, kegiatan bercerita melalui foto. Jadi kami menceritakan isu melalui foto. Jadi kami menceritakan isu melalui foto. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Tema kelompokku masih ABK, tapi aku satu kelompok dengan Kak Norbes, Kak Vinus, Kak Wahyu, Kak Tika, dan Kak Dina. Aku jadi ABKnya, Kak Vinus jadi fotografer, Kak Dina jadi guru BK, sementara Kak Norbes, Kak Wahyu, dan Kak Tika jadi para pembullynya. Setelah itu, kami latihan menyanyikan lagu Theme song Because I Am A Girl yang dibuat Plan International Indonesia sendiri.

            Malamnya, kami mengadakan Farewell Party. Kami memakai pakaian hitam putih dengan aksesori pink. Sebagian anggota Plan akan wisuda, dan supaya pestanya meriah, Plan mengundang tamu spesial, yaitu J-Flow, si penyanyi rap. Kami semua menari saat J-Flow menampilkan beberapa lagunya. Setelah itu, kami menyanyikan lagu theme song BIAAG bersama, tapi karena kami semua tidak hafal, kami melihat kertas Microsoft Word di depan kami dengan iringan gitarnya Kak Vinus, lalu kami menari sampai waktu tidur tiba, walaupun aku tidur duluan karena mengantuk.
Aku dan teman-teman Youth Camp di Farewell Party

           Di hari terakhir, kami diskusi mengenai apa yang kita lakukan selama Youth Camp dari hari pertama sampai hari ketiga. Lalu hasil Strategy Choice. Plan telah memilih 3 strategi paling bagus dari masing-masing kelompok, dan ketiga strategi paling bagus yang dipilih Plan dari kelompokku adalah rapat untuk orang-orang yang belum mengerti ABK, pendirian sekolah Inklusi tidak hanya untuk di kota/kabupaten, tapi juga di kampung/desa, dan pendirian sekolah tinggi untuk ABK, dan karena ide ABK adalah ideku, aku harus memilih satu strategi, dan itu untuk rencana ide program Plan 5 tahun ke depan. Aku memilih sekolah Inklusi karena ABK butuh pendidikan berbeda, dan aku mau pemerintah membangun Sekolah Inklusi tidak hanya di kota/kabupaten, tapi di kampung/desa juga.
            Setelah itu, kami mengadakan outbound, tapi aku cuma ikut sebentar karena muntah-muntah. Jadi aku makan sore bersama Kak Dina Chaerani (Kak Dinanya ada 2 di Youth Camp) dan Kak Kanza. Lalu sambil makan, Kak Kanza menjelaskan tentang orang dengan transgender (laki-laki jadi perempuan, perempuan jadi laki-laki). Jadi kalau aku memanggil orang tersebut banci, berarti aku membully. Aku harus menyebut mereka Waria.
            Kemudian aku kembali ke kamar villa untuk ganti pakaian pulang. Aku rindu Mama, Papa, Lila, Opa, dan kedua kucingku, Chichi dan Chaplin.
            Mengikuti Youth Camp ini, adalah pengalaman yang berharga dan bermanfaat bagiku, karena dari Youth Camp ini aku belajar mengenai isu-isu di negara kita, dan semua peserta sangat baik kepadaku. Harapanku, semoga Youth Camp ini memberi masukan kepada semua anak muda untuk mempelajari isu-isu di negara kita dan juga belajar menyumbangkan suara untuk menghentikan isu-isu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar