Minggu, 06 November 2016

Profil:Kak Saneri

Profil: Kak Saneri


Aku dan Kak Saneri Di Pesta Plan

              Tanggal 16-19 Mei, aku mengikuti Indonesian Youth Camp For Change yang dibuat Plan International Indonesia. Aku diminta salah satu kakak di organisasi ini sekaligus mahasiswa lamanya Mamaku yang bernama Kak Saneri atau Kak Shere untuk mendaftar ke Youth Camp ini, karena dia merasa aku punya potensial.



Di Youth Camp

        Kak Saneri bekerja sebagai Child and Youth Participation Specialist di Plan International Indonesia. Tugasnya adalah bertanggung jawab untuk program partisipasi anak dan anak muda dan memastikan proyek-proyek Plan International Indonesia lainnya dilakukan dengan pendekatan yang partisipatif dan melibatkan anak dan anak muda sebagai partner, tidak hanya sebagai penerima manfaat. Kak Saneri bekerja di Plan sejak Maret 2014.
            Kak Saneri dibesarkan di sebuah organisasi sosial lokal dimana dia mendapat pengasuhan dan pendidikan yang layak hingga dia dewasa. Organisasi tersebut tidak hanya menolongnya, tetapi anak-anak miskin lainnya yang membutuhkan. Latar belakang menyadarkan Kak Saneri bahwa kerja sosial berdampak begitu nyata bagi kehidupan seseorang. Anak-anak dan keluarga miskin membutuhkan bantuan dari organisasi-organisasi sosial semacam ini untuk bisa memastikan anak-anak berkembang dengan baik mencapai potensinya, tidak peduli apapun latar belakangnya. Plan International Indonesia pada dasarnya adalah organisasi kemanusiaan untuk anak yang cukup besar, untuk itu Kak Saneri tertarik bekerja di organisasi ini agar dia dapat terlibat memberikan manfaat bagi lebih banyak anak-anak miskin di Indonesia bahkan di negara-negara lainnya.
            Plan International adalah organisasi hak anak dan kemanusiaan independen yang berkomiten agar anak hidup terbebas dari kemiskinan, kekerasan, dan ketidakadilan. Selama lebih dari 75 tahun, dalam kemitraan yang kuat Plan membantu anak dan kaum muda memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kepercayaan diri untuk meraih hak mereka demi kehidupan yang utuh di masa kini dan masa depan. Secara khusus Plan menitikberatkan pada anak perempuan dan perempuan, yang paling terpinggirkan. Di Indonesia, Plan International memulai kerjanya pada 1969 berdasarkan nota kesepahaman dengan Pemerintah Indonesia. Saat ini Plan bekerja di 4 provinsi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dan mensponsori lebih dari 40.000 anak.
            Di Indonesia, terdapat kurang lebih 65 juta anak muda dengan berbagai potensi dan persoalannya. Bagi Kak Saneri, persoalan yang serius adalah tentang rendahnya kesempatan bagi anak-anak muda untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan hidupnya. Di tingkat keluarga misalnya, banyak anak muda yang tidak dapat menentukan kapan dan dengan siapa dia menikah, sehingga seringkali dipaksa/terpaksa menikah karena orang tua, budaya dan sebagainya. Konsekuensinya kasus pernikahan usia anak meningkat terus menerus. Di tingkat komunitas, forum anak/kepemudaan biasanya didominasi oleh anak-anak sekolah di perkotaan sehingga anak-anak jalanan, anak dari daerah terpencil, juga anak difabel tidak dapat turut serta bergabung dalam forum-forum tersebut. Padahal sebuah penelitian menyatakan anak yang aktif berpartisipasi lebih mampu melindungi diri sendiri, serta pelibatan anak dan anak muda bagi masyarakat terutama pemerintah akan membuat keputusan-keputusan yang berdampak pada anak akan lebih relevan untuk kepentingan terbaik bagi anak.
            Persoalan serius lainnya adalah anak muda menjadi pengangguran, dimana mereka tidak lagi sekolah, tidak juga di tempat pelatihan kerja, dan tidak bekerja. Di dunia ada sekitar 600 juta anak muda dalam kondisi tersebut sehingga diperlukan program pemberdayaan anak muda dari pemerintah ataupun organisasi-organisasi masyarakat dan sosial sehingga mereka bisa kembali ke bangku pendidikan atau bekerja.
            Saat usia belasan tahun, Kak Saneri adalah remaja yang beruntung karena tinggal di organisasi yang menyediakan begitu banyak kegiatan positif mulai dari membaca bersama, bermain musik, teater, mengelola majalah remaja, mematung, menyablon, membuat kartu ucapan dengan paper quilling, mengajak menari anak-anak yang lebih kecil, dan lain sebagainya. Seperti anak-anak usia remaja pada umumnya, Kak Saneri suka sekali mengikuti banyak kegiatan karena dia ingin tahu. Semua kegiatan yang dia sebutkan diatas pernah dia ikuti, sehingga persoalannya biasanya adalah tentang bagaimana mengelola waktu sehingga bisa tetap berprestasi di sekolah tetapi juga bisa ikut berbagai kegiatan menarik diluar sekolah untuk pengembangan bakat.
            Yang Kak Saneri lakukan adalah ketika dia di sekolah, dia berfokus pada belajar akademik atau apa yang diwajibkan di sekolah. Sementara ketika diluar sekolah, Kak Saneri fokus pada kegiatan pengembangan bakat yang disediakan di organisasi dimana dia tinggal.
            Banyak sekali suka duka bekerja di Plan International Indonesia. Sejak awal bekerja hingga hari ini, Kak Saneri selalu bersyukur bahwa dia bisa bekerja sesuai dengan passionnya. Lebih dari itu, bidang partisipasi anak dan anak muda sangat menarik dimana kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan agar program-programnya sesuai dengan dinamika anak-anak muda saat ini, misalnya mengajak anak muda bicara tentang isu-isu sensitif melalui video blog, tulisan di blog, youth camp, festival dan sebagainya. Selain itu, sebagai lulusan perguruan tinggi bahasa asing dimana Kak Saneri belajar lebih dalam tentang Bahasa Inggris, dia juga mendapat pengalaman bertemu begitu banyak orang berbahasa Inggris dari berbagai negara yang berbeda-beda sehingga menarik mendengar aksen yang berbeda-beda. Dia juga bisa tetap menggunakan Bahasa Inggris dalam bekerja.
            Dukanya, mungkin bukan duka, hanya saja sesuatu yang menantang adalah memahami anak muda saat ini dimana mereka sangat dinamis. Begitu banyak pilihan di tengah waktu yang terbatas. Mengajak anak muda untuk melek isu-isu sosial, mau terlibat dalam program-program pemberdayaan, mau berpartisipasi untuk pembangunan tentu bukan hal mudah. Pada saat-saat tertentu, bisa sangat memusingkan.

******

Kamis, 03 November 2016

Pengalaman Pertama Masuk TV

Pengalaman Pertama Masuk TV

            Masih ingat dengan Youth Camp? Dan masih ingat tidak dengan wawancaraku di radio? Youth Camp Itu adalah pengalaman pertamaku bersama teman-teman Plan, dan wawancaraku dengan radio berlangsung baik sekali. Sekarang, aku diundang lagi ke Plan untuk menghadiri peluncuran blog Because I Am A Girl, membahas Kompetisi Video blog “sehari jadi menteri”, sekaligus ulang tahun Plan yang ke 47 pada tanggal 2 September.
            Acara peluncuran blog BIAAG diadakan di acara Sapa Indonesia Siang di Kompas TV. Disana 3 dari kami di wawancara, salah satunya aku. Perasaanku ketika diwawancara di TV sama seperti waktuku diwawancara di radio. Rasanya nyata dan sama sekali bukan mimpi. Aku juga merasa sangat gugup daripada sebelumnya. Tapi aku mencoba untuk tenang ketika di wawancara. Aku juga membawa 5 buku (yang pertama dan kedua diikat) untuk diberikan kepada 2 menteri yang juga akan diwawancara, para presenter, dan county director Plan, Bu Mingming.
            Sebelum ke Kompas TV, aku dan teman-teman Plan mengadakan pesta ulang tahun Plan yang ke 47. Saat pesta, kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Plan dan lagu theme song BIAAG baru bernama “Maju.”

https://www.facebook.com/fairuz.izzah/videos/1209608335776938/?l=3411740448737707295
         
              Selain bernyanyi, aku juga diberi kesempatan memotong tumpeng untuk Bu Mingming. Itu adalah suatu kehormatan bagiku. Kemudian kami makan-makan dulu sebelum pergi ke stasiun Kompas TV.


Aku memotong tumpeng

            Di stasiun Kompas TV, sebagian temanku menyanyikan lagu “Maju”, lalu para presenter mewawancaraiku, Bu Mingming, dan Kak Dina (anggota Youth Advisory Panel Plan dan vice president Asean Youth Leaders Association). Aku merasa gugup, deg-degan, dan juga gemetar, tapi aku mencoba untuk tenang saja dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan para presenter.
            Di wawancara itu, kami berbicara mengenai hari anak perempuan international yang jatuh pada tanggal 11 Oktober dan soal Plan membuat kompetisi video blog “sehari jadi menteri” untuk anak-anak muda yang berjiwa pemimpin dan peduli terhadap isu anak perempuan.
            Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan para presenter diantara lain buku-bukunya tentang apa, apa yang membuatku ingin menuangkan pengalaman pribadiku, dan dukungan-dukungan terbesarku. Aku bisa menjawab semua pertanyaannya, kecuali satu pertanyaan, yaitu apa yang membuatku ingin menuangkan pengalaman pribadi.


Wawancaraku di Sapa Indonesia Siang, Kompas TV

            Setelah wawancara, aku memberikan buku-bukuku untuk kedua menteri, para presenter, dan Bu Mingming. Aku senang bisa memberikan buku-bukuku untuk mereka.


Aku dan para presenter Kompas TV

            Perasaanku ketika wawancara di TV untuk pertama kalinya sangat luar biasa. Pertama aku di wawancara di radio bersama komunitas tutorku, sekarang aku di wawancara di TV, bersama Plan Indonesia. Sebuah pengalaman yang tidak akan kulupakan.

******