Jumat, 30 Desember 2016

Hari-Hari di John Robert Powers

Hari-Hari di John Robert Powers

            Satu hari, Mama memberitahuku tentang sebuah sekolah kepribadian. Namanya John Robert Powers (disingkat JRP). Kayak nama orang ya? Karena nama pemiliknya juga sama. Sekolah kepribadian ini bertujuan untuk pengembangan kepribadian dan pengembangan komunikasi. Mama memintaku belajar di sekolah ini untuk mengisi kegiatan ketika sekolahku libur dan menjadi orang yang lebih baik.
            Sekolah ini memiliki dua program, Lifetime dan holiday program. Karena aku ingin mengikuti ini untuk mengisi liburan, aku mengambil holiday program.
            Di Jakarta, JRP berada di dua lokasi, Kuningan dan Kelapa Gading. Aku bersekolah di JRP Kuningan. Holiday program ini berlangsung dua minggu, dari tanggal 13-23 Desember 2016. Waktu pulangnya berbeda. Ada yang jam tiga, jam empat, dan jam enam lima belas. Aku pulang naik motor suami pembantuku.
            Hari pertama (13 Desember) berisi dua pelajaran. Yaitu Personal Growth 1 dan Orientasi. Kami pulang jam tiga. Di Personal Growth 1, kami belajar mengenai kepribadian boleh ditampilkan dan disembunyikan dari siapa saja, sikap, pola pikir, mental, dan lain-lain. Kami juga diberi tugas untuk menuliskan sepuluh kepribadian yang berada dalam diri kita. Jadi aku menulis:
1.      Autistic=Autistik
2.      Friendly=Ramah
3.      Grumpy=Pemarah
4.      Sympathetic=Simpatik
5.      Creative=Kreatif
6.      Shy=Malu
7.      Scared=Penakut
8.      Curious=Ingin Tahu
9.      Outgoing (Sometimes)=Suka keluar (kadang-kadang)
10.  Sensitive=Sensitif
            Begitulah sepuluh kepribadian yang aku tulis. Setelah itu, kami orientasi setelah makan makan siang yang disediakan di sekolah ini. Kami belajar tentang peraturan-peraturan di JRP. Aku masih ingat kalau kita harus berpakaian rapi, dan kita tidak boleh memakai kaos oblong dan celana jeans ke sekolah itu karena tidak sopan. Kami juga belajar makna POWERS. Yaitu:
P: Positive Attitude (sikap positif)
O: Other People (orang lain)
W: Words (kata-kata)
E: Expand (memperluas)
R: Realize your goal (menyadari targetmu)
S: Spiritual (Rohani)
            Di hari kedua, ada tiga pelajaran, yaitu hairstyle and make up (gaya rambut dan berdandan), figure control (pelajaran untuk menjaga kesehatan badan), dan visual poise 1. Di hairstyle and make up, kami diajari berbagai gaya rambut, cara mengurus wajah, dan cara berdandan. Di fugure control, kami belajar mengenai empat tipe tubuh wanita dan makanan yang sehat untuk tubuh kita. Selain itu, kami juga olahraga. Kami melakukan push up, sit up, leg race, barbel, dan lain-lain. Kemudian di visual poise 1, kami belajar cara duduk yang sopan, empat pose tangan, dua pose kaki, dan berjalan sopan di catwalk. Kayak top model ya! Kami pulang jam enam lima belas, dan rasanya lelah sekali pulang malam. Apalagi jalanannya macet.
            Di hari ketiga, ada dua pelajaran, yaitu social grace dan wardrobe 1. Kami pulang jam tiga, sama seperti hari pertama. Di social grace, kami belajar mengenai sopan santun. Kami belajar mengenai cara berkenalan yang benar, kata-kata ajaib, perilaku buruk, dan sopan santun di berbagai tempat. Sedangkan di wardrobe 1 kami belajar mengenai berbagai gaya baju, dua diantaranya adalah casual dan formal. Kami juga belajar empat tipe tubuh wanita, sama seperti di figure control. Tipe-tipe tubuhnya ada yang bentuk pir, apel, pisang, jam pasir (sudah langka), dan atletik. Guruku bilang tubuhku berbentuk apel karena bagian atas tubuhku besar. Kami juga belajar mengenai baju-baju yang cocok di tubuh kita. Jadi untuk wardrobe 2, kami harus membawa tiga baju casual dan tiga baju formal. Kita juga harus membawa enam baju untuk minggu depan. Jadi kami harus membawa dua sepatu, satu casual dan satu formal. Kami juga diperbolehkan membawa aksesoris.
            Di hari keempat dan hari terakhir minggu pertama, kami belajar acting (peran). Kami pulang jam empat. Pelajaran acting di JRP berbeda dengan pelajaran acting di sekolah. Kami belajar mengenai acting sehari-hari. Kami juga disuruh bercerita dengan acting. Kami diajari oleh seorang sutradara. Beliau menunjukkan kami sebagian karya-karya filmnya.
******
            Di hari pertama minggu kedua, kami belajar MC 1, wardrobe 2, dan visual poise 2. Kami pulang jam enam lima belas, sama seperti hari kedua di minggu pertama. Di MC 1, kami belajar tentang cara menjadi pembawa acara. Walaupun aku tidak tertarik dengan membawa acara, pelajaran ini bagus untuk menjadi pembicara yang percaya diri. Kami belajar bahwa untuk menjadi pembawa acara yang sukses, kita harus mempunyai gaya sendiri, keunikan, dan kredibilitas. Selain itu, kita juga belajar dua kategori pembawa acara. Ada yang formal ( contoh: seminar) dan Informal (contoh: ulang tahun). Lalu masih banyak hal lain yang kita pelajari di pelajaran MC ini. Kalau warbrobe 2 adalah lanjutan dari wardrobe 1. Kami harus mengisi analisa bentuk tubuh ideal kami. Tapi sebelum itu, guru kami mengukur panjang kepala, lebar kepala, lebar bahu, lebar pinggul, lingkar dada, lingkar pinggang, lingkar pinggul, panjang kepala sampai pinggang, dan panjang pinggang sampai mata kaki. Setelah itu, kami menulis bagian badan apa saja yang ideal. Hanya ada dua bagian yang tidak ideal di badanku, yaitu “pinggang 25 cm lebih kecil dari pinggul” dan “jarak dari pinggang ke bawah sama dengan ukuran 5 kali ukuran panjang kepala” Kemudian kami memakai baju-baju casual dan formal yang kami pilih. Lalu kami memilih salah satu baju casual dan formal untuk dipakai di exit interview (wawancara keluar). Di visual poise 2, kami mengulangi pelajaran di visual poise 1 sekaligus latihan exit interview. Ada dua ronde. Di ronde 1, kami harus melakukan salah satu pose tangan dan pose kaki, kemudian jalan model sampai ke mikrofon. Lalu kami harus memperkenalkan diri, karena di exit interview, kita akan di wawancara oleh presiden JRP Indonesia. Sementara di ronde 2, kami harus melakukan pose kaki dan tangan empat atau lima kali, lalu melakukan pose duduk.
            Di hari kedua, kami belajar MC 2, Financial Management, dan counseling. Kami pulang jam enam lima belas, LAGI. MC 2 adalah lanjutan dari MC 1. Kami diberikan kertas script pembawa acara. Ada delapan bagian. Aku disuruh melakukan bagian tujuh dan delapan. Kami direkam di hp guru MCnya, dan aku malah berantakan karena ada kata-kata yang aku lupa. Di financial management, kami belajar tentang uang. Kami belajar mengenai apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan dengan uang. Sementara di counseling, kami berbicara dengan psikolog mengenai kami bersama orang tua kami, tapi secara bergiliran. Jadi aku berbicara dengan psikolog bersama Mama, lalu kami makan malam dan pulang bareng naik mobil Mama.
            Di hari ketiga, kami belajar Table Manners dan Photo Session. Kami pulang jam empat. Di Table Manners, kami belajar tujuan, macam-macam waktu makan (sarapan, makan siang, makam malam), jamuan-jamuan makan, sopan santun ketika makan, dan posisi garpu dan sendok ketika istirahat atau selesai makan. Setelah itu, kami praktek makan di restoran formal. Kami disajikan roti dan mentega terlebih dahulu, kemudian kami disajikan dua hidangan pembuka, yaitu salad dingin dan sup krim ayam. Lalu kami disajikan  hidangan utama, yaitu chicken steak dengan kentang goreng dan sayur. Kemudian kami disajikan puding coklat untuk hidangan penutup. Hanya saja aku tidak suka puding coklat. Lalu kami diberikan cangkir dan sendok untuk belajar mengaduk kopi atau teh. Setelah itu, kami melakukan photo session. Kami difoto sambil diarahkan oleh fotografer. Kami juga main games dan melakukan mannequin challenge.
            Di hari keempat, kami belajar Personal Growth 2 dan Public Speaking in English. Personal Growth 2 adalah lanjutan dari Personal Growth 1. Di Personal Growth 2, kami belajar mengenai hubungan interpersonal. Kami belajar kalau kita selalu membutuhkan orang lain di setiap aspek hidup kita. Kami juga belajar mengenai ketegasan (Bahasa Inggris: Assertiveness) dan pola hubungan dengan orang lain. Di Public Speaking in English, kami belajar variasi vokal dalam berbicara di depan banyak orang. Kita harus mengecilkan atau meningkatkan volume ketika berbicara. Kami juga membaca tongue twisters, drama, dan pidato I have a dreamnya Martin Luther King Jr. Kami membaca pidatonya per-bagian.
            Di hari kelima dan hari terakhir di JRP, kami melakukan exit interview. Kami melakukan apa yang diajarkan di Visual Poise 2, yaitu pose tangan dan kaki, jalan di catwalk, setelah itu memperkenalkan diri di depan presiden JRP Indonesia. Kamudian kami di wawancara oleh beliau. Kami memakai baju casual ketika di wawancara. Setelah itu, kami berganti baju formal. Kemudian kami berpose empat atau lima kali dan melakukan dua pose duduk. Lalu kami berfoto bersama sang presiden. Setelah itu, kami berfoto untuk sertifikat JRP dengan baju formal kami.
            Pengalamanku di JRP sangat menyenangkan dan bermakna. Teman-teman dan guru-gurunya baik, dan ketika di JRP, aku memberitahukan kondisi dan menunjukkan kedua buku karanganku ke mereka. Guru-gurunya juga memintaku berfoto dan membuat video dengan kedua bukuku, kemudian dimasukkan ke instagram JRP. Aku senang bisa mengikuti ini, karena di sekolah ini, aku belajar untuk menjadi orang yang lebih baik.

******


Aku dan teman-teman di John Robert Powers (2016)

Selasa, 27 Desember 2016

Best Buddies

Best Buddies

             Beberapa hari kemudian setelah mengikuti Youth Campnya Plan, Mama memperkenalkan aku ke sebuah organisasi bernama Best Buddies.
            Best Buddies adalah sebuah organisasi yang mencarikan teman normal untuk anak difabel. Teman yang dicari harus mempunyai umur sama dan hobi yang sama. Organisasi ini berdiri tahun 1989 dan sudah ada di lima puluh negara, salah satunya Indonesia. Hanya saja organisasi ini baru berdiri setahun di Indonesia. Jadi country directornya memintaku menjadi ambasador.
            Best Buddies memiliki banyak program, salah satunya ke sekolah untuk menjelaskan apa itu Best Buddies dan apa itu autis.  Jadi aku mengikuti program itu.
            Sekolah pertama yang aku kunjungi adalah Sekolah Bogor Raya di Bogor. Disana aku menjelaskan tentang diriku sendiri dan autis. Aku juga menyerahkan buku pertama dan buku kedua untuk sekolahnya. Selain itu, aku juga membawa dua buku untuk dua siswa yang bertanya kepadaku di sesi tanya jawab. Tapi tidak hanya aku yang datang, ada juga anak difabel yang berbakat berenang, dan dia adalah anggota Special Oympics, organisasi olahraga untuk anak difabel.



Aku dan Best Buddies di Sekolah Bogor Raya

            Sekolah kedua yang aku kunjungi adalah BPK Penabur di Sentul City. Sama seperti di Sekolah Bogor Raya, aku menjelaskan mengenai diriku sendiri dan autis. Tapi aku menjelaskan dengan presentasi Powerpoint. Aku juga memperlihatkan videoku diwawancara di radio bersama komunitas tutorku. Tidak hanya aku yang datang, tapi ada juga empat murid dari Sekolah Bogor Raya yang bergabung di Best Buddies sejak Best Buddies datang ke Sekolah Bogor Raya. Salah satu dari mereka adalah teman yang dipilih Best Buddies untukku.


Aku dan Best Buddies di BPK Penabur, Sentul City

            Namanya Dhania. Umurnya sama denganku. Dia pintar Bahasa Inggris dan juga menulis. Kami mau hang out bersama, hanya saja rumah Dhania di Bogor, sedangkan rumahku di Kebon Baru, jadi kita hanya bisa ngobrol di What’s App. Walaupun begitu, aku senang bisa berteman dengan Dhania. Kami berdua seperti kembar karena rambut kami hitam dan kami juga memakai kacamata.

Diatas: Aku dan Dhania
Dibawah: Aku, Dhania dan teman-teman Best Buddies Sekolah Bogor Raya

            Aku senang mengikuti Best Buddies ini, karena aku bisa mengedukasi semua orang mengenai autis. Sekarang aku mengikuti kegiatan di dua organisasi, Plan dan Best Buddies.

******

Acara Bulan Peduli Autis

Acara Bulan Peduli Autis

            Pernah mendengar hari peduli autis? Hari peduli autis (Bahasa Inggris: Autism Awareness) adalah hari untuk berhenti menggunakan kata autis sebagai ejekan dan memahami kondisi anak dengan autis. Hari peduli autis ini diadakan setiap tanggal 2 April. Tapi bulan April juga diperingati sebagai bulan peduli autis.
            Sebagai anak autis berkarya, aku pernah diundang ke sebuah acara bulan peduli autis. Aku telah hadir di dua acara bulan peduli autis.
            Acara bulan peduli autis pertama yang aku hadiri adalah di Grand Indonesia. Teman-teman autisku, Dita, Ruben, dan Thomas ada di sana. Tapi di acara itulah aku pertama kali bertemu Thomas dan meluncurkan buku kedua. Kemudian aku diminta menunjukkan karyaku bersama Thomas dan anak autis yang jago memasak. Aku diwawancara oleh MCnya mengenai diri dan buku-bukuku di atas panggung. Aku juga meminta Dita dan Ruben untuk naik ke panggung, karena mereka membuat cover (Ruben yang buat) dan lembar mewarnai (Dita yang buat) di buku kedua kami. Setelah maju, aku, Ruben, dan Dita berjualan buku kedua. Para pembeli meminta tanda tangan kami.


Aku, Dita, dan Ruben di acara peduli autis Grand Indonesia

            Banyak orang yang datang ke acaranya, sebagian dari mereka adalah tutor menulisku, Tante Deka, dan ketiga guruku dari Homeschooling Primagama. Aku senang mereka datang. Dita juga kedatangan teman-teman dari sekolahnya.


Gambar 1: Aku, Tante Deka, dan Dita. Gambar 2: Aku dan Tante Deka
Gambar 3: Aku sedang tanda tangan buku Gambar 4: Aku diwawancara oleh MC di panggung


Aku bersama guru-guru Homeschooling Primagama 


            Acara bulan peduli autis kedua yang aku hadiri adalah Festival Anak Istimewa di Botani Square Bogor. Aku diwawancara mengenai diri dan buku-buku di panggung. Mama juga diatas panggung untuk membantuku. Thomas juga hadir disana untuk mengajari anak-anak origami.


Aku di Festival Anak Istimewa di Botani Square, Bogor


            Menghadiri acara-acara bulan peduli autis ini adalah pengalaman yang tidak akan kulupa bagiku. Aku senang, bisa berbagi ke orang-orang mengenai bakat dibalik autisku.

Sabtu, 24 Desember 2016

Selamat Jalan, Opaku Tercinta

Selamat Jalan, Opaku Tercinta

            29 September 2016, duka itu datang lagi....
            Menyelimuti keluargaku

            Rasanya sedih dan berat ketika kita harus kehilangan seseorang, terutama orang yang sayang kepadamu. Aku sudah kehilangan Opa Singki (Om dari Mama dan adik Oma), Oma Uyut (Nenek buyutku), Opa Yusuf (Papa dari Papaku), dan Oma. Sekarang tahun ini, aku kehilangan Opa. Itu sangat menyedihkan bagiku, karena Opa sudah tinggal bersamaku dan keluargaku selama dua tahun. Sekarang beliau telah kembali kepada Allah SWT. Beliau meninggal di minggu UTS (Ujian Tengah Semester)ku dan adikku.
            Opaku adalah Papa dari Mama. Beliau selalu mengajariku hal-hal di agama Islam, mengajakku baca hal yang penting untukku, dan menceritakan cerita lucu yang beliau alami dulu. Opaku juga suka menulis, tapi aku tidak tahu Opaku suka menulis.
            Cerita lucu yang Opaku pernah cerita adalah waktu beliau dan temannya sedang dalam perjalanan dari Jepang ke Amerika naik perahu. Ketika temannya sedang ke toilet, tidak ada air, jadi dia memutuskan untuk memakai COCA COLA!
            Hahaha...lucu kan? Aku sayang sekali kepada Opa, karena Opa sangat baik, dan beliau pernah membantuku ketika aku punya masalah. Beliau juga menjadi imam ketika kami shalat.
            Satu hari, aku mendengar dari Mama kalau Opa akan memiliki usaha peternakan Ayam di Garut. Itu sangat bagus menurutku, tapi di waktu yang sama, aku khawatir. Apakah Opa bisa menjalankan usahanya dengan baik? Umurnya sudah tujuh puluhan. Beliau sudah tua sekali. Tapi Mama bilang Opa akan didampingi Papa Agus - Omku yang merupakan adik Mamaku satu-satunya.
            Untuk menjalani usaha peternakan ayam, Opa harus pindah ke Cimahi tempat sepupu-sepupuku tinggal. Jadi kami membantunya membereskan rumahnya yang berada di Curug. Setelah itu, beliau pindah ke Cimahi bersama Papa Agus.
            Di minggu sebelum minggu UTS, Opa dan Papa Agus mengunjungi kami di Kebon Baru. Aku senang Opa datang kembali untuk mengunjungi kami. Tapi mereka tidak bisa tinggal lebih lama, karena mereka harus kembali ke Cimahi.
            Di hari kedua UTS, aku dan adikku mendapat berita buruk dari Papa, bahwa Opa masuk ruang ICU. Beliau terkena serangan jantung dan infeksi paru-paru. Jadi Mama pergi ke Cimahi dengan mobilnya sendiri untuk menjenguk Opa. Aku dan adikku shock sekali. Kami berharap Opa baik-baik saja, tapi di hari Kamis tanggal 29 September 2016 jam tiga, Opa sudah tidak ada. Aku dan adikku sangat sedih.
             Opa langsung dimandikan di rumah sakit, lalu dibawa dari Cimahi ke Kebon Baru. Semua orang datang ke rumah, kebanyakan mereka adalah sepupu, tante, dan omku, serta kerabat-kerabat opa.
            Sebelum Opa dimakamkan, aku membuat sebuah puisi Bahasa Inggris dengan bantuan Tante Ida Tokan, temannya Mama.

My Opa is an amazing person
He’s very funny and talented
He taught me prayers
And he taught me lessons of Islam

I love his smile
I love his laugh
And I love his funny story

I love Opa so much
I don’t want him to go
But it’s all Allah’s will
I have the best Opa ever
And I will miss him everyday

Goodbye Opa...
You will always be in my heart
And I will always make you proud

            Puisiku lalu diletakkan Papa di dekat Opa, agar semua orang bisa membacanya.
            Keesokan harinya, Opa dimakamkan di TPU Pondok Kelapa tempat Omaku dimakamkan di tahun 2013. Rencananya Opa akan dimakamkan di sebelah Oma, tapi karena sudah ada makam lain di sebelah makam Oma, Opa dimakamkan di atas makam Oma, jadi satu makam dua orang.
            Kehilangan orang-orang yang kusayangi sangatlah berat, tapi itu mendorongku untuk menjadi orang yang lebih baik. Aku juga harus melanjutkan prestasiku untuk membuat mereka bangga padaku, terutama Opaku yang suka menulis.
            Selamat jalan, Opaku tercinta....


Opaku-Opa Aziz



******

Senin, 12 Desember 2016

Acara Peluncuran Rumah Im Star

Acara Peluncuran Rumah Im Star

            Hari Minggu tanggal 11 Desember 2016, aku diminta untuk jualan buku-buku karanganku di acara peluncuran rumah Im Star. Selain itu, aku juga memberikan kue mangkuk yang aku buat sendiri untuk para pembeli setelah mereka membeli buku. Kalau mereka membeli satu buku, mereka mendapat satu kue mangkuk, dan kalau mereka membeli dua buku, mereka mendapat dua kue mangkuk. Aku dibantu jualan oleh pembantu rumahku, Mbak Tarmi. Mamaku juga datang, tapi beliau hanya mengikuti seminar.
            Rumah Im Star adalah rumah bekerja, beraktivitas dan bersosialisasi bagi WNBK (Warga Negara Berkebutuhan Khusus). Rumah ini didirikan oleh band empat anggota autis dengan nama yang sama. Ada seminar, penampilan dari band-band autis (termasuk Im Star), dan acara ini juga mengundang bintang tamu spesial. Yaitu D’Masiv.
            Teman-temanku yang autis, Dita, Ruben, dan Thomas juga datang untuk jualan atau pameran. Dita jualan souvernir gambar-gambarnya, Thomas jualan dan membuka pameran origami, dan Ruben membuka pameran lukisannya. Selain itu, masih banyak warga berkebutuhan khusus lain yang membuka kios karya-karya mereka. Ada yang jualan souvernir gambar seperti Dita, kalung, tempat tisu, dan ada juga empat lelaki yang membuka kios roti lapis (Bahasa Inggris: Sandwich). Mereka juga sudah membuka restoran roti lapis mereka sendiri. Para WNBK ini kreatif sekali.
            Selain jualan, aku juga diminta tampil di auditorium tempat seminar diadakan, karena aku dianggap sebagai ‘warga negara berkebutuhan khusus yang sudah bisa mempunyai penghasilan’. Tapi aku tampil bersama Dita dan Ruben. Lalu selain kami bertiga, masih ada  beberapa WNBK yang tampil. Yaitu Thomas, Fitri (WNBK yang jago menggambar di komputer, bisa membuat mug, tas, dan kaos), para pembuat roti lapis, dan pemilik rumah Im Star sendiri, band Im Star. Kami tampil, tapi kami tidak bicara. Kami hanya menunjukkan karya-karya kami dengan slide show di belakang kita dan pembawa acaranya menjelaskan prestasi kami.
            Setelah tampil, semua orang datang menghampiri kios bukuku. Ada yang membeli buku pertama, buku kedua, dan kedua bukunya. Mereka kagum kalau aku bisa menulis buku dan memasak kue mangkuk. Buku-bukuku telah laku dua puluh dan kue mangkuknya habis semua.
            Setelah penjualan, aku, Mama, dan teman-teman pergi ke auditorium lagi untuk melihat talk show sekaligus penampilan dari D’Masiv. Banyak sekali lagu yang mereka mainkan, terutama dua lagu yang aku tahu, yaitu Esok Kan Bahagia dan Jangan Menyerah. Aku suka kedua lagu itu.
            Mengikuti acara ini adalah pengalaman yang tak terlupakan, karena aku bisa menunjukkan kalau warga negara berkebutuhan khusus bisa berkarya. Lalu alhamdullillah, semua bukunya laku banyak. Aku tidak sabar untuk mengikuti acara mengenai autis lagi.

******

Minggu, 06 November 2016

Profil:Kak Saneri

Profil: Kak Saneri


Aku dan Kak Saneri Di Pesta Plan

              Tanggal 16-19 Mei, aku mengikuti Indonesian Youth Camp For Change yang dibuat Plan International Indonesia. Aku diminta salah satu kakak di organisasi ini sekaligus mahasiswa lamanya Mamaku yang bernama Kak Saneri atau Kak Shere untuk mendaftar ke Youth Camp ini, karena dia merasa aku punya potensial.



Di Youth Camp

        Kak Saneri bekerja sebagai Child and Youth Participation Specialist di Plan International Indonesia. Tugasnya adalah bertanggung jawab untuk program partisipasi anak dan anak muda dan memastikan proyek-proyek Plan International Indonesia lainnya dilakukan dengan pendekatan yang partisipatif dan melibatkan anak dan anak muda sebagai partner, tidak hanya sebagai penerima manfaat. Kak Saneri bekerja di Plan sejak Maret 2014.
            Kak Saneri dibesarkan di sebuah organisasi sosial lokal dimana dia mendapat pengasuhan dan pendidikan yang layak hingga dia dewasa. Organisasi tersebut tidak hanya menolongnya, tetapi anak-anak miskin lainnya yang membutuhkan. Latar belakang menyadarkan Kak Saneri bahwa kerja sosial berdampak begitu nyata bagi kehidupan seseorang. Anak-anak dan keluarga miskin membutuhkan bantuan dari organisasi-organisasi sosial semacam ini untuk bisa memastikan anak-anak berkembang dengan baik mencapai potensinya, tidak peduli apapun latar belakangnya. Plan International Indonesia pada dasarnya adalah organisasi kemanusiaan untuk anak yang cukup besar, untuk itu Kak Saneri tertarik bekerja di organisasi ini agar dia dapat terlibat memberikan manfaat bagi lebih banyak anak-anak miskin di Indonesia bahkan di negara-negara lainnya.
            Plan International adalah organisasi hak anak dan kemanusiaan independen yang berkomiten agar anak hidup terbebas dari kemiskinan, kekerasan, dan ketidakadilan. Selama lebih dari 75 tahun, dalam kemitraan yang kuat Plan membantu anak dan kaum muda memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kepercayaan diri untuk meraih hak mereka demi kehidupan yang utuh di masa kini dan masa depan. Secara khusus Plan menitikberatkan pada anak perempuan dan perempuan, yang paling terpinggirkan. Di Indonesia, Plan International memulai kerjanya pada 1969 berdasarkan nota kesepahaman dengan Pemerintah Indonesia. Saat ini Plan bekerja di 4 provinsi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dan mensponsori lebih dari 40.000 anak.
            Di Indonesia, terdapat kurang lebih 65 juta anak muda dengan berbagai potensi dan persoalannya. Bagi Kak Saneri, persoalan yang serius adalah tentang rendahnya kesempatan bagi anak-anak muda untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan hidupnya. Di tingkat keluarga misalnya, banyak anak muda yang tidak dapat menentukan kapan dan dengan siapa dia menikah, sehingga seringkali dipaksa/terpaksa menikah karena orang tua, budaya dan sebagainya. Konsekuensinya kasus pernikahan usia anak meningkat terus menerus. Di tingkat komunitas, forum anak/kepemudaan biasanya didominasi oleh anak-anak sekolah di perkotaan sehingga anak-anak jalanan, anak dari daerah terpencil, juga anak difabel tidak dapat turut serta bergabung dalam forum-forum tersebut. Padahal sebuah penelitian menyatakan anak yang aktif berpartisipasi lebih mampu melindungi diri sendiri, serta pelibatan anak dan anak muda bagi masyarakat terutama pemerintah akan membuat keputusan-keputusan yang berdampak pada anak akan lebih relevan untuk kepentingan terbaik bagi anak.
            Persoalan serius lainnya adalah anak muda menjadi pengangguran, dimana mereka tidak lagi sekolah, tidak juga di tempat pelatihan kerja, dan tidak bekerja. Di dunia ada sekitar 600 juta anak muda dalam kondisi tersebut sehingga diperlukan program pemberdayaan anak muda dari pemerintah ataupun organisasi-organisasi masyarakat dan sosial sehingga mereka bisa kembali ke bangku pendidikan atau bekerja.
            Saat usia belasan tahun, Kak Saneri adalah remaja yang beruntung karena tinggal di organisasi yang menyediakan begitu banyak kegiatan positif mulai dari membaca bersama, bermain musik, teater, mengelola majalah remaja, mematung, menyablon, membuat kartu ucapan dengan paper quilling, mengajak menari anak-anak yang lebih kecil, dan lain sebagainya. Seperti anak-anak usia remaja pada umumnya, Kak Saneri suka sekali mengikuti banyak kegiatan karena dia ingin tahu. Semua kegiatan yang dia sebutkan diatas pernah dia ikuti, sehingga persoalannya biasanya adalah tentang bagaimana mengelola waktu sehingga bisa tetap berprestasi di sekolah tetapi juga bisa ikut berbagai kegiatan menarik diluar sekolah untuk pengembangan bakat.
            Yang Kak Saneri lakukan adalah ketika dia di sekolah, dia berfokus pada belajar akademik atau apa yang diwajibkan di sekolah. Sementara ketika diluar sekolah, Kak Saneri fokus pada kegiatan pengembangan bakat yang disediakan di organisasi dimana dia tinggal.
            Banyak sekali suka duka bekerja di Plan International Indonesia. Sejak awal bekerja hingga hari ini, Kak Saneri selalu bersyukur bahwa dia bisa bekerja sesuai dengan passionnya. Lebih dari itu, bidang partisipasi anak dan anak muda sangat menarik dimana kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan agar program-programnya sesuai dengan dinamika anak-anak muda saat ini, misalnya mengajak anak muda bicara tentang isu-isu sensitif melalui video blog, tulisan di blog, youth camp, festival dan sebagainya. Selain itu, sebagai lulusan perguruan tinggi bahasa asing dimana Kak Saneri belajar lebih dalam tentang Bahasa Inggris, dia juga mendapat pengalaman bertemu begitu banyak orang berbahasa Inggris dari berbagai negara yang berbeda-beda sehingga menarik mendengar aksen yang berbeda-beda. Dia juga bisa tetap menggunakan Bahasa Inggris dalam bekerja.
            Dukanya, mungkin bukan duka, hanya saja sesuatu yang menantang adalah memahami anak muda saat ini dimana mereka sangat dinamis. Begitu banyak pilihan di tengah waktu yang terbatas. Mengajak anak muda untuk melek isu-isu sosial, mau terlibat dalam program-program pemberdayaan, mau berpartisipasi untuk pembangunan tentu bukan hal mudah. Pada saat-saat tertentu, bisa sangat memusingkan.

******

Kamis, 03 November 2016

Pengalaman Pertama Masuk TV

Pengalaman Pertama Masuk TV

            Masih ingat dengan Youth Camp? Dan masih ingat tidak dengan wawancaraku di radio? Youth Camp Itu adalah pengalaman pertamaku bersama teman-teman Plan, dan wawancaraku dengan radio berlangsung baik sekali. Sekarang, aku diundang lagi ke Plan untuk menghadiri peluncuran blog Because I Am A Girl, membahas Kompetisi Video blog “sehari jadi menteri”, sekaligus ulang tahun Plan yang ke 47 pada tanggal 2 September.
            Acara peluncuran blog BIAAG diadakan di acara Sapa Indonesia Siang di Kompas TV. Disana 3 dari kami di wawancara, salah satunya aku. Perasaanku ketika diwawancara di TV sama seperti waktuku diwawancara di radio. Rasanya nyata dan sama sekali bukan mimpi. Aku juga merasa sangat gugup daripada sebelumnya. Tapi aku mencoba untuk tenang ketika di wawancara. Aku juga membawa 5 buku (yang pertama dan kedua diikat) untuk diberikan kepada 2 menteri yang juga akan diwawancara, para presenter, dan county director Plan, Bu Mingming.
            Sebelum ke Kompas TV, aku dan teman-teman Plan mengadakan pesta ulang tahun Plan yang ke 47. Saat pesta, kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Plan dan lagu theme song BIAAG baru bernama “Maju.”

https://www.facebook.com/fairuz.izzah/videos/1209608335776938/?l=3411740448737707295
         
              Selain bernyanyi, aku juga diberi kesempatan memotong tumpeng untuk Bu Mingming. Itu adalah suatu kehormatan bagiku. Kemudian kami makan-makan dulu sebelum pergi ke stasiun Kompas TV.


Aku memotong tumpeng

            Di stasiun Kompas TV, sebagian temanku menyanyikan lagu “Maju”, lalu para presenter mewawancaraiku, Bu Mingming, dan Kak Dina (anggota Youth Advisory Panel Plan dan vice president Asean Youth Leaders Association). Aku merasa gugup, deg-degan, dan juga gemetar, tapi aku mencoba untuk tenang saja dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan para presenter.
            Di wawancara itu, kami berbicara mengenai hari anak perempuan international yang jatuh pada tanggal 11 Oktober dan soal Plan membuat kompetisi video blog “sehari jadi menteri” untuk anak-anak muda yang berjiwa pemimpin dan peduli terhadap isu anak perempuan.
            Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan para presenter diantara lain buku-bukunya tentang apa, apa yang membuatku ingin menuangkan pengalaman pribadiku, dan dukungan-dukungan terbesarku. Aku bisa menjawab semua pertanyaannya, kecuali satu pertanyaan, yaitu apa yang membuatku ingin menuangkan pengalaman pribadi.


Wawancaraku di Sapa Indonesia Siang, Kompas TV

            Setelah wawancara, aku memberikan buku-bukuku untuk kedua menteri, para presenter, dan Bu Mingming. Aku senang bisa memberikan buku-bukuku untuk mereka.


Aku dan para presenter Kompas TV

            Perasaanku ketika wawancara di TV untuk pertama kalinya sangat luar biasa. Pertama aku di wawancara di radio bersama komunitas tutorku, sekarang aku di wawancara di TV, bersama Plan Indonesia. Sebuah pengalaman yang tidak akan kulupakan.

******

Rabu, 26 Oktober 2016

Binatang Peliharaan: Bagian ke 2

Binatang Peliharaan: Bagian ke 2

            Di buku keduaku, aku bercerita kalau aku punya dua kucing (sebelumnya ada tiga, tapi ada satu yang mati). Sekarang, aku sudah punya enam kucing di rumahku, karena ada empat kucing datang ke rumahku.

Buubuu

           Kucing yang pertama datang ke rumahku adalah Buubuu. Warna bulunya abu-abu. Sebelumnya kami bingung memilih nama untuk kucing ini. Akhirnya, kami menamainya Buubuu, nama rekan Yogi dari Yogi Bear. Ketika dia datang ke sini, dia sangat lucu. Sebelumnya kami berpikir dia laki-laki, tapi ternyata Buubuu itu perempuan. Sekarang Buubuu sudah tidak lucu lagi dan sudah cukup besar, tapi belum sebesar Chichi dan Chaplin.
            Walaupun sudah cukup besar, Buubuu masih tetap kucing yang nakal. Dia suka berantem dengan kucing yang lain. Dia juga pernah naik ke lemari piring dekat meja dapur. Selain itu yang paling parah, Buubuu juga pernah buang air besar sembarangan. Itu membuatku kesal sekali dengan Buubuu.
            Kucing yang kedua dan yang ketiga datang adalah Oggy dan Olivia (Nama-nama tokoh di serial tv Oggy and The Cockroches. Mereka berdua juga perempuan. Sebelumnya kami berpikir Oggy laki-laki dan Olivia perempuan karena warna bulu Oggy hitam dan warna bulu Olivia hampir sama seperti Mak. Warnanya putih, hitam, dan coklat. Ketika aku melihat mereka, badan mereka seperti perpaduan kucing kampung dan kucing anggora.
            Sama seperti Chaplin, Oggy juga dipanggil “Jelek”, atau Bahasa Inggrisnya ugly oleh Mama. Oggy juga nakal seperti Buubuu. Dia pernah naik ke salah satu kursi di meja makan. Oggy juga suka berantem dengan Buubuu dan Olivia. Oggy juga pernah buang air besar di keset dekat pintu dan kulkas. Dia juga pernah meong panjang seperti sirine ketika Papa menyiapkan makanan untuknya dan kucing-kucing kami yang lain.
            Kalau Olivia (kami juga menyebutnya Olive), dia memiliki wajah yang imut seperti Chichi. Aku dan adikku menyebut wajah imutnya cuteness overload. Olive kucing lucu walaupun terkadang nakal seperti Chichi. Dia senang dekat-dekat dengan Oggy. Tapi itu karena Olive masih kecil. Namun sampai sekarang, dia masih saja dekat-dekat dengan Oggy.
            Kucing yang keempat datang adalah Patchie (diambil dari nama Patchy the pirate di Spongebob Squarepants). Dia adalah kucing laki-laki. Kami merasa kasihan ketika pertama kali melihatnya karena Patchie datang dengan keadaan sekarat. Jadi Mama dan Papa membawanya ke klinik hewan tempat Chichi dan Chaplin dirawat ketika mereka sakit. Ternyata, Patchie terkena flu kucing. Selain itu, cakar-cakar di kakinya terkelupas. Kaki-kakinya juga belum bisa bergerak, tapi cuma tiga yang belum bisa, dan mata kirinya buta. Aku dan adikku berharap Patchie baik-baik saja, dan beberapa hari kemudian, Patchie sudah sembuh. Harapan aku dan adikku telah terkabul.

Patchie (Di foto pertama, kedua, ketiga, dan keempat, dia sekarat. Di foto kelima dan keenam, dia sehat)

                 Menurutku, Patchie adalah kucing yang periang. Dia suka berlari ke sana kemari. Dia juga pernah menggigit kakiku. Patchie juga kucing yang nakal. Dia pernah naik ke meja, plastik, dan ke mejaku ketika aku sedang main atau mengetik di laptop. Dia juga suka berantem dengan Oggy dan Buubuu. Papa terkadang menyebutnya ‘Patchie The Pirate’
            Sekarang rumah kami sudah kebanyakan kucing. Aku pikir, sekarang tidak apa-apa kita mempunyai enam kucing.

Kamis, 20 Oktober 2016

Liburan Ke Jepang

Liburan Ke Jepang

            Di Buku keduaku, aku menulis kalau aku selalu ingin ke Jepang. Sekarang, keinginanku untuk pergi ke negara itu telah terkabul. Aku merasa senang sekali. Aku dan keluargaku menginap satu minggu disana, dari 30 April sampai 4 Mei 2016. Bahasa Jepangku masih belum bagus, jadi aku pakai saja kata-kata Jepang yang aku tahu.
            Aku dan keluargaku berangkat pagi sekali, dari rumah ke Bandara Soekarno Hatta naik taksi, sama seperti waktu kami ke Hong Kong. Karena Jepang jauh sekali dari Indonesia, kami pergi ke Hong Kong dulu, baru ke Jepang. Kami pergi naik pesawat Cathay Pacific. Pesawat ini mempunyai TV, jadi ketika masih dalam perjalanan, kami menonton film-film atau acara favorit kami.
            Kami sampai di Jepang malam. Kemudian kami naik mobil jemputan dari Bandara Haneda ke Hotel Grand Pacific Le Daiba di Odaiba. Hotelnya mewah sekali. Selain itu, toliet di kamar kami memiliki banyak tombol untuk membantu kita membersihkan kotoran setelah kita buang air. Hotel ini bagus, tapi ada beberapa hal yang kami tidak suka di hotel ini. Pertama, colokan charger di kamarnya aneh. Aku pikir aku dan adikku jadi tidak bisa mengisi baterai HP kami, tapi ada yang menyiapkan adaptor, supaya kita bisa mengisi baterai HP kami. Kedua, bantal-bantal di tempat tidur kami terlalu empuk, jadi aku dan adikku sedikit tidak bisa tidur. Lalu yang ketiga, channel-channel di Tvnya banyak yang lokal. Kami berdua menjadi kesal. Kami harap ada channel yang memakai Bahasa Inggris, dan ternyata, ada satu channel yang memakai Bahasa Inggris dan channel itu adalah CNN. Aku dan adikku kesal sekali. Tapi aku masih suka dengan suasana hotelnya.
            Di hari pertama liburan, kami pergi ke Museum Madame Tussaud Tokyo. Kami berfoto dengan banyak selebriti, terutama yang kami tahu. Ada Johnny Depp, Lady Gaga (kedua kalinya setelah di Hong Kong), Marilyn Monroe (juga kedua kali), Putri Diana, Meryl Streep, Julia Roberts, Leonardo Dicaprio, Kate Winslet, Pharell Wiliams, dan lain-lain. Setelah itu, kami pergi ke museum lukisan 3D sama seperti di Eco Green Park di Malang, tapi ada banyak sekali lukisan. 


Aku dan Adikku Di Museum Gambar 3D

                 Kemudian kami berfoto di depan replika Statue of Liberty di Daiba Park, lalu kami ke Mall Aqua City Odaiba dan Diver City. Di Mall Aqua City Odaiba, kami melihat sebuah tempat anjing dan kucing, selain itu, masih banyak hal luar biasa yang kami lihat di mall ini. Sementara di Diver City, kami berfoto di depan patung Gundam, lalu kami pergi ke toko Hello Kitty untuk membeli tas selempang Hello Kitty untuk Chacha. Aku juga membeli tas kecil dan kaos Hello Kitty Japan.
            Sorenya, kami pergi ke Shibuya. Disana kami berfoto di depan patung anjing bernama Hachiko, lalu kami ke Daiso untuk membeli oleh-oleh untuk teman-teman. Kami agak susah pergi ke sana, karena Shibuya itu ramai seperti kota New York. Jadi aku memakai Bahasa Jepangku untuk menanyakan dimana Daiso berada. Selain membeli oleh-oleh, kami makan malam di restoran kari Nepal. Itu adalah kedua kalinya kami makan kari karena di Mall Aqua City Odaiba, kami makan siang kari.
            Di hari kedua, kami pergi ke Tokyo Disney Sea. Pertama kami ke Arabian Coast. Kami menaiki Jasmine’s Magic Carpet, Sinbad’s Voyage Adventure, dan menonton Genie’s Magic Show. Setelah itu kami ke Mermaid Lagoon. Kami menonton King Triton’s Concert. Lalu kami ke Mysterious Island untuk menaiki kapal selam 20.000 Leagues Under The Sea. Malamnya, kami menonton Fantasmic dan Kembang Api.
            Aku berfoto dengan empat tokoh Disney. Pertama aku berfoto dengan Pangeran Eric sebelum masuk ke Mermaid Lagoon. Dia ganteng sekali, dan banyak gadis ingin berfoto dengannya. Lalu aku berfoto dengan boneka Harimau bernama Chandu dari Sinbad, Daisy dan Ariel.

Aku bersama tokoh-tokoh Disney

            Di hari ketiga, kami bertemu dengan Kak Gita, mahasiswa Mama yang sudah setahun tinggal di Jepang. Lalu kami pergi ke istana kaisar Jepang. Kami hanya melihat dan berfoto. Kemudian kami ke makan siang di restoran mi soba yang ada di stasiun MRT Ueno. Mi soba di restoran itu sangat enak sekali.
            Setelah makan siang, kami pergi ke kebun binatang Ueno, tapi kami ke Harajuku karena antrian di kebun binatang Ueno panjang sekali. Ya, antrian di Jepang selalu panjang karena orang-orang Jepang itu sabar. Selain itu, mereka juga mempunyai kaki yang kuat untuk berjalan. Jadi setiap kali kita berjalan, kedua kaki kami lama-kelamaan jadi sakit sehingga kita harus beristirahat.
            Di Harajuku, kami pergi ke Kuil Meiji. Disana ada tempat menulis doa, lalu kita menaruhnya di kotak, supaya kalau kotaknya penuh, semua kertas doanya dibakar dan abunya akan naik ke langit. Selain itu, kami juga ke tempat ramalan dimana kita mengambil sebuah ramalan, tapi hanya untuk bersenang-senang. Aku mengambil 2 ramalan. Satu Bahasa Jepang, dan satu Bahasa Inggris. Buat ramalan Bahasa Jepang, karena aku belum pintar Bahasa Jepang, aku meminta Kak Gita menerjemahkannya, tapi Kak Gita tidak tahu arti ramalan itu, Mama memfoto ramalan itu dengan Hpnya, lalu bertanya ke teman-temannya mengenai arti ramalan tersebut. Buat ramalan Bahasa Inggris, Mama membantuku menerjemahkannya, lalu beliau memberitahu arti ramalan tersebut.

Aku, Ramalan, dan Tempat Menulis Doa Di Kuil Meiji

           Setelah ke Kuil Meiji, kami pergi ke kafe kucing. Kami hanya bermain dan mengelus kucing-kucing di kafe tersebut. Mereka imut sekali. Selain itu, kami juga belanja oleh-oleh dan makan malam di restoran kebab halal yang Kak Gita tunjukan ke kami. Rasa kebabnya enak sekali, aku jadi ingin makan lagi.

Aku dan Adikku di Kafe Kucing

            Di hari terakhir, aku dan adikku tetap berada di hotel. Kenapa? Karena kedua kaki kami sakit sekali setelah banyak antri dan jalan. Jadi sementara kami berada di hotel, Papa dan Mama pergi ke Asakusa. Kami makan siang mi yang kami beli di minimarket dekat hotel. Kami juga main dengan ds kami ketika mengistirahatkan kedua kaki kami. Tapi kami tidak bisa tinggal di hotel berlama-lama karena kami harus menemani Mama dan Papa berbelanja di Mall Aqua City Odaiba. Selain itu, kami juga melihat Rainbow Bridge sebelum kita kembali ke hotel untuk tidur.
            Liburanku di Tokyo ini, memberikan banyak pengalaman bagiku. Aku belajar kalau orang-orang Jepang itu sabar, dan itu karena antrian panjang di setiap tempat. Selain itu, orang-orang Jepang juga mempunyai kaki yang kuat, karena mereka selalu berjalan, beda dengan orang-orang Indonesia seperti kami.

******