Jumat, 09 September 2016

Nihon Daisuki! 2: Go (5)

Nihon Daisuki 2: Dainigakki
Go

          Hari Minggu ini, aku dan teman-teman akan pergi berkunjung ke rumah Asuna. Kami berkumpul dulu di Sekolah Itsumura, lalu kami pergi ke rumah Asuna diantar oleh Asuna dan supir keluarganya.
          “Asuna-san, anata no uchi wa yoi desune ( Asuna, rumahmu bagus sekali),” puji kami kepada Asuna setelah kami sampai ke rumahnya.
          Setelah memasuki rumah, Asuna memperkenalkan Ayah, Ibu, kedua kakaknya, Kyousuke dan Fumiko, dan ketiga adiknya, Michiru, Hiira, dan Riki kepada kami. Lalu kami pergi ke kamar Asuna di lantai dua.
          Sesampainya, kami kembali terkagum-kagum. Sekarang, kami kagum dengan kamar Asuna yang luas dan poster-poster Ballerina di tempat tidur dan di samping tempat tidur.
          Aku pun bertanya, “kamu suka ballet, Asuna-san?”
          “Hai (iya),” jawab Asuna, “aku sudah menari ballet sejak umur 5 tahun.”
          Daichi lalu berkata, “pantas ada 2 poster ballerina di kamarmu.”
          Reiko lalu bertanya, “apakah kamu mengikuti kursus ballet?”
          “Hai (iya),” jawab Asuna, “aku mengikuti kursus ballet setiap hari Selasa dan Kamis sepulang sekolah.”
          Kami pun kaget mendengar perkataan Asuna. “Apakah kamu tidak capek, kursus ballet sepulang sekolah?”
          “Tidak,” jawab Asuna, “aku memilih hari Selasa dan Kamis karena aku ingin selalu menari di pertunjukan dongeng balet dan lomba balet.”
          “Kenapa tidak ambil hari Sabtu saja?” tanya Nagisa.
          “Kalau hari Sabtu saja tidak cukup, dan tidak ada latihan untuk lomba dan pertunjukan di hari Sabtu.”
          Aku dan teman-teman mengangguk. Lalu Asuna melanjutkan pembicaraan.
          “Di sebelah kamarku, ada ruangan kosong dimana aku bisa menari balet kapan saja,” kata Asuna.
          Lalu Nagisa bertanya, “apakah kamu bisa menunjukan gerakkan-gerakkan balletmu?”
          “Hai (iya),” jawab Asuna. Lalu kami memasuki ruangan tersebut setelah Asuna memakai baju balletnya yang berwarna violet. Lalu dia menunjukkan tarian yang dia pernah tampilkan. Aku dan teman-teman tertarik sekali dengan tariannya.
          “Wow, tarianmu bagus sekali, Asuna-san,” kata Nagisa, “aku juga suka menari, tapi aku suka Modern Dance.”
          Lalu Asuna bilang, “kalau begitu, aku ingin kamu menunjukkan Modern Dancemu.”
          Nagisa mengangguk, lalu dia menampilkan Modern Dance yang dia pernah tampilkan.
          “Bagus sekali Modern Dancemu, Nagisa,” kata Asuna.
          “Hehehe, sepertinya kalian berdua cocok menjadi sahabat karena kalian memiliki hobi yang sama. Yaitu menari!” goda Mitsuo.
          “Mitsuo!” kata Nagisa dengan cemberut. Kami semua tertawa.
          Setelah itu, Nagisa bertanya kepada Asuna. “Oh, iya. Asuna, kenapa kamu pindah ke Sekolah Itsumura?”
          Hening seketika. Wajah Asuna berubah menjadi sedih.
          Nagisa kaget. “Eh, g, gomenasai (maaf), aku salah bicara, ya?” tanya Nagisa.
          Asuna menjawab, “ceritanya panjang.”
          Aku pun menepuk pundak Asuna. “Tidak apa-apa. Ceritakan saja kepada kami.”
          Asunapun duduk sebelahku dan teman-teman lalu mulai bercerita. Dulu, sebelum Asuna pindah ke Sekolah Itsumura, Asuna dan ketiga adiknya belajar di Sekolah Tatsunagi. Sebelumnya mereka suka sekolah di situ, tapi ketika sedang belajar, orang-orang berbaju hitam datang menghampiri. Mereka ingin kepala sekolah dan guru-guru membayar utang kepada mereka. Kalau sudah 3 bulan mereka tidak membayar utang, sekolahnya akan dihancurkan dan pria bisnis yang menyuruh orang-orang berbaju hitam itu datang ke sekolah akan membangun sebuah kantor. Asuna dan adik-adiknya memutuskan untuk ikut membantu guru-guru mereka. Utangnya sudah terbayar, tapi pria bisnis dan rekan-rekannya malah menipu seluruh pihak sekolah. Mereka menyuruh semuanya pergi dari sekolah untuk membuat kantor tersebut. Asuna ingin guru-guru memanggil polisi, tapi salah satu gurunya bilang jangan. Beliau berkata kepada Asuna dan teman-temannya untuk pergi, belajar di sekolah yang lebih baik, dan terus mengejar cita-cita. Adik-adik Asuna juga diberi kata-kata itu oleh guru mereka. Akhirnya, Asuna dan adik-adiknya harus mencari sekolah lain.
          Mendengar cerita itu, aku dan teman-teman turut sedih. Lalu aku bertanya, “jadi bagaimana caramu mencari sekolah baru?”
          “Aku mencari di internet,” jawab Asuna, “lalu kami pergi ke sekolah itu. Sudah 3 sekolah dikunjungi, tidak ada sekolah yang aku dan adik-adikku suka. Tapi ketika kami melihat iklan Sekolah Itsumura, kami jadi tertarik untuk belajar di sekolah itu. Ibu dan Ayah juga setuju dengan keputusan kami.”
          Aku dan teman-teman pun kaget. “Yang benar?” Kami tidak tahu iklan tentang Sekolah kami ternyata membuat Asuna tertarik untuk belajar di Sekolah Itsumura.
          Asuna tertawa. “Iya. Lagi pula sekolahnya bagus sekali.”
          “Terima kasih,” kata Reiko.
          Asuna lalu bilang, “sekarang kita kembali ke kamarku, yuk!”
          Aku dan teman-teman mengangguk. Lalu kami bermain di kamar Asuna sampai waktu makan siang sebelum kami pulang.
******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar