Senin, 22 Februari 2016

Nihon Daisuki! Yon (4)

Nihon Daisuki!
Yon

          Hari ini adalah hari keduaku sekolah di Jepang. Aku sangat bersemangat hari ini. Kenapa? Karena hari ini ada pelajaran memasak, dan itu adalah pelajaran favoritku. Kami akan belajar itu di jam pertama, dan aku sangat tidak sabar.
          Di Sekolah Itsumura, pelajaran memasak hanya ada untuk anak-anak SMP dan SMA. Masing-masing murid harus memakai celemek sendiri. Dapurnya berada di lantai 2 tempat anak-anak SMP belajar.
          Sesampainya di dapur, kami berlima memakai celemek kami masing-masing, lalu guru memasak, Ichiro sensei datang ke dapur.
          “Ohayou gozaimasu,” salamnya.
          “Ohayou gozaimasu,” salam kami semua serempak.
          “Sekarang, kalian harus memasak makanan dengan tema daging. Kalian boleh memilih daging apa saja. Tapi kalian punya 80 menit untuk memasak,” kata Ichiro sensei, lalu kami bergegas pergi ke pantri untuk mengambil bahan.
          Karena temanya daging, aku memutuskan untuk membuat hidangan Indonesia kesukaanku, yaitu semur daging. Aku tidak sabar untuk menunjukkan ini kepada teman-teman.
          Ketika aku memasak, Ichiro sensei mendekatiku.
          “Hmmm.....oishii (enak),” katanya, “kau sedang memasak apa, Gianna-san?”
          “Semur daging,” jawabku sambil mengaduk panci berisi semurnya.
          Ichiro sensei lalu mencicipi masakanku dengan sendoknya, lalu beliau mengangguk dengan senyum. Aku pikir, beliau pasti menyukainya.
          80 menit berlalu. Waktunya Ichiro sensei untuk mencicipi semua hidangan, lalu beliau bilang kita bisa mencicipi semua hidangan, jadi aku bisa mencicipi hidangan teman-teman.
          “Hmm...oishi desune (enak sekali), Reiko-san,” pujiku setelah aku mencicipi nasi kari ayam karage buatan Reiko.
          “Gianna-san mo (juga). Oishi desune!,” puji Reiko setelah dia mencicipi semur dagingku. Lalu aku mencicipi hidangan buatan Nagisa, Daichi, dan Mitsuo, kemudian mereka mencicipi hidanganku.
          “Oishi desune!” puji mereka bertiga kepadaku. Aku jadi senang sekali.
          “Gianna-san, kapan-kapan kamu ajarkan kita cara memasak makanan Indonesia, ya!” kata Daichi.
          “Iya, aku ingin tahu banyak makanan dari negara kamu,” kata Nagisa.
          “Aku juga,” kata Mitsuo.
          “Iya,” kataku, “kapan-kapan aku ajarkan. Tapi aku juga mau diajari kalian cara memasak makanan Jepang.”
          “Dengan senang hati!” kata keempat temanku bersamaan.
******
          “Wah, Danang jadi laper, nih!” Danang mengelus perutnya.
          “Kenapa? Mau cicip hidangannya Gianna?” goda Mas Edwin. Danang mengangguk.
          Aku tertawa kecil. “Nanti kakak buatin kapan-kapan, ya,” kataku.
          “Hehehe, iya, Kak,” kata Danang, “sekarang lanjutin dong, ceritanya.”
****** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar