Rabu, 24 Februari 2016

Nihon Daisuki! Hachi (8)

Nihon Daisuki!
Hachi

          Hari Jumat, aku melihat teman-teman berkumpul di meja Daichi. Aku penasaran. Ada apa ya?
          “Minna, kalian sedang apa?” tanyaku kepada mereka.
          “Kami sedang membicarakan festival sekolah bulan depan setelah ujian tengah semester,” jawab Reiko, “Mira senpai (kakak kelas) bilang masing-masing kelas harus membuat sesuatu untuk festival sekolah, seperti cafe, pameran, toko mainan, atau yang lain.”
          “Kalau begitu, bagaimana kalau kita bikin kios makanan-makanan Jepang?” usulku, “kita bisa menyajikan makanan-makanan kecil seperti Takoyaki, Okonomiyaki, Gyoza, Nigiri, dan Sushi.”
          Daichi lalu berdiri dari tempat duduknya. “Wow, ide yang bagus sekali, Gianna-san!”
          Reiko dan Nagisa mengangguk. “Iii desune (bagus sekali)!”
          “Aku juga berpikir itu ide yang bagus,” kata Mitsuo, “sekarang ayo kita beri tahu ide ini ke OSIS!”
          Kami lalu bergegas pergi ke ruang OSIS dimana ketua OSIS, Haruki senpai dan para anggota OSIS sedang berdiskusi festival sekolah. Kami harap mereka suka dengan ide kios makanan kami, dan mereka menyukainya. Kami pun puas dengan ide kami, dan kami tidak sabar untuk festival sekolah bulan depan.
******
          Beberapa hari kemudian setelah minggu ujian tengah semester berlalu, waktunya festival sekolah. Aku dan teman-teman menyiapkan kios makanan kami di tempat yang telah disediakan OSIS. Banyak sekali kios yang disediakan anak-anak lain dari kelas kami. Ada yang menyediakan kios kerajinan tangan, kios makanan kecil lagi, dan lain-lain. Selain itu, karena festival sekolah diadakan di lantai 1 tempat anak-anak SD belajar, ada juga yang menyediakan cafe.
          Setelah menyiapkan kios dan semua orang sudah datang, festival sekolahpun dibuka dengan tari Jyuunin Matsuri oleh anak-anak kelas 11. Aku pernah melihat tarian ini di sebuah festival Jepang di kota tempat tinggalku.
          Saat acara-acara lainnya berlangsung, Aku dan teman-teman mulai berjualan makanan Jepang. Banyak guru dan teman-teman yang ingin membeli. Tapi teman-teman dari SD dan SMP Itsumura juga mau beli, terutama Ruri, adiknya Daichi yang memesan Gyoza buatanku.
          “Hmm....Gianna no Gyoza wa oishii desune (Gyoza buatan Gianna enak sekali)," puji Ruri.
          Mendengar perkataan Ruri, wajahku langsung memerah karena malu. Teman-temanpun langsung tertawa.
          Festival sekolah berlangsung sampai sore. Tapi ada Talent show bernama Itsumura Got Talent yang direncanakan oleh OSIS sebelum festival selesai. Banyak murid yang ikut, terutama Daichi dan Nagisa, karena mereka mempunyai bakat yang terpendam.
          Talent show nya dibuka oleh Kazuki senpai sebagai pembawa acara. Dia memanggil kakak-kakak OSIS yang menjadi juri, mereka diberi julukan bintang bohongan. Ada Kimiko senpai (Divisi mading) yang dijuluki penyanyi dan aktris, Mamoru senpai (Divisi olahraga) yang dijuluki Rapper, dan Mira senpai (sekretaris) yang dijuluki musisi.
          Banyak murid yang menampilkan bakat mereka di Talent show ini. Ada yang menyanyi, menari, main alat musik, dan lain-lain. Daichi bermain gitar, dan Nagisa menampilkan tarian kontemporer yang dia tampilkan di kompetisi tari untuk mewakili kursus tarinya 2 bulan yang lalu. Semua murid melakukan banyak bakat yang bagus, tapi kata Kazuki senpai, hanya ada 5 juara.
          Saat Kazuki senpai mengumumkan juara, Daichi juara 3 dan Nagisa juara 1. Aku bangga sekali kepada mereka berdua. Aku lalu memeluk mereka setelah mereka turun dari panggung.
          Festival sekolah pun berakhir dengan menari bersama dengan api unggun di tengah. Sebuah momen menyenangkan ketika sekolah di Jepang bagiku, dan aku tidak akan melupakannya.
******
          “Aku harap ada festival sekolah di Indonesia,” kata Danang, “lalu kita bakal mendirikan kios makanan, kerajinan, atau yang lain untuk jualan sama ikut acara bakat atau lomba-lomba lain.”
          Gianna tertawa. “Kita tidak akan tahu kapan festival sekolahnya akan ada di sini atau di negara lain selain di Jepang, Danang!”
          Kami semua pun tertawa. Danang mengeluh, “oke, oke. Lanjutkan ceritanya!”

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar