Senin, 15 Februari 2016

Nihon Daisuki! Ni (2)

Nihon Daisuki!
Ni

         Liburan 2 minggu telah berlalu. Sekarang waktunya aku dan Mama pergi ke Jepang. Papa, kedua adik, kakek dan nenek mengantar kami ke bandara untuk mengucapkan selamat tinggal.
          Sesampainya di bandara, kami melakukan kegiatan berbeda sambil menunggu pesawatnya datang. Aku memilih mengobrol dan tertawa dengan adik-adikku. Namun Mama mengajakku bicara.
          “Nak, kan kamu akan mulai sekolah besok. Pakai Bahasa Jepangmu, ya,” kata Mama.
          “Iya, Ma. Mulai besok Gianna akan memakai Bahasa Jepang Gianna,” kataku, “dan Gianna akan membuat banyak teman disana.”
          Mama mengangguk. Lalu terdengar pengumuman mengenai pesawat tujuan Tokyo yang akan kami berdua naiki. Kami harus berpamitan dengan Papa, kedua adik, Nenek, dan Kakek.
          “Kalian berdua sekolah yang baik, ya!” kataku sambil memeluk kedua adik.
          “Iya...hiks, kakak juga, ya!” Rani menangis. Aku pun menghapus air matanya.
          “Hubungi kami kalau kakak dan Mama sudah sampai Jepang,” kata Roni dengan mata berkaca-kaca. Lalu, aku dan Mama segera check in bersama penumpang-penumpang lain.
******
          Tak lama kemudian, pesawat yang kami tumpangi mendarat di bandara Narita, Tokyo, Jepang. Aku dan Mama bergegas keluar dari pesawat, lalu makan di sebuah restoran Jepang di dalam bandara.
          Setelah makan, aku dan Mama bergegas memasuki sebuah apartemen. Lalu kami Shalat Zhuhur dan melihat-lihat suasana kota Tokyo di luar sampai kami kecapaian dan tidur. Aku tidak sabar untuk memasuki sekolah baru dan membuat banyak teman.
******
          “Suasana di Tokyo gimana, Kak?” tanya Rani.
          “Suasana di Tokyo indah banget di malam hari,” jawabku, “banyak sekali cahaya yang bersinar. Kakak harap kakak bisa mengajak kalian.”
          “Ajak Rani dong, Kak!” kata Rani.
          “Tapi kamu harus jago Bahasa Jepang, dong kayak Kak Gianna!” goda Roni, “soalnya kalau nggak bisa Bahasa Jepang, nggak bisa ke Jepang. Benar kan, kak?”
          “Huu!” aku mendorong tubuh Roni, lalu kami tertawa. Dia memang suka menggodaku dan Rani.
          “Oke, sekarang mau dilanjutin nggak, ceritanya?” tanyaku.
          “Mau!” seru Roni, Rani, dan Danang.
******
         
         
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar