Senin, 15 Februari 2016

Nihon Daisuki! Ichi (1)

Nihon Daisuki!
Ichi

          Saat pembagian rapot SMP, aku mendapat rapot bagus dan rangking 3. Aku senang sekali. Aku juga tidak sabar untuk diberitahu hadiah dari Mama, karena aku akan diberikan hadiah darinya kalau rangkingku bagus.
          Setelah pembagian rapot, aku duduk bersebelahan dengan Mama di ruang keluarga untuk mendengar hadiahnya. Roni dan Rani juga ingin mendengar.
          “Jadi hadiah Mama buat Gianna apa, Ma?” tanyaku.
          Mama lalu tersenyum menggoda. “Mau tahu aja atau mau tahu banget?”
          “BANGET!” jawabku, Roni dan Rani serempak.
          “Oke, oke. Coba tebak,” kata Mama.
          “Apa?” tanyaku diikuti Roni dan Rani.
          Mama lalu menepuk pundakku. “Gianna, karena rapot dan rangkingmu bagus sekali, kamu akan Mama ajak ke Jepang.”
          “APA?!” tanyaku kaget, “Mama mau ngajakin Gianna.....KE JEPANG?!”
          “Iya, karena Bahasa Jepangmu sudah bagus sekali, kamu akan Mama ajak ke Jepang setelah libur dua minggu kamu dan adik-adikmu selesai. Mama akan kerja di sana, dan kamu akan sekolah di sana setahun,” kata Mama.
          “OH MY GOD!” aku langsung memeluk Mama, lalu aku berkata dengan Bahasa Jepang, “Arigatou, okaa-san! (Terima kasih)”
          “Dou itashimashite, Gianna-san (Sama-sama, Gianna),” jawab Mama, kemudian beliau mencium keningku lalu beranjak pergi ke dapur untuk memasak makan siang. Aku sangat tidak menyangka aku akan sekolah di sana setahun.
          Setelah itu, Roni dan Rani duduk bersebelahan denganku. Wajah mereka berdua tampak sedih.
          “Kalian nggak apa-apa? Kok kalian sedih?” tanyaku sambil mengelus punggung mereka.
          Rani menghela napas, lalu berkata, “kami senang Mama dan kakak akan ke Jepang, tapi pas kita dengar kalian akan di Jepang setahun, kami akan merasa kesepian kalau kalian tidak ada.”
          “Iya, kak. Kita jadi tidak bisa bermain, bercanda, dan mengobrol bareng kakak, deh selama setahun,” keluh Roni.
          Aku lalu menghibur mereka, “sudah. Kalian berdua jangan mengawatirkan kakak dan Mama. Kan kalian masih punya Papa. Kalian juga akan ditemani Kakek dan Nenek.”
          Kemudian mereka memelukku. Aku pelukan mereka. “Makasih, ya kak,” kata Roni, “tapi kakak harus janji untuk selalu menghubungi kami ketika kakak di Jepang.”
          Aku mengangguk, “iya, kakak janji akan menghubungi kalian setiap hari.”
******

       “Wow, kamu baik banget sama adik-adik kamu,” kata Mas Edwin, kakaknya Danang dan yang tertua diantara kami berlima. Dia menjalani kuliah di Universitas Indonesia dan mengambil fakultas hukum.

          “Ya begitulah Kak Gianna. Selalu ada ketika kita lagi ada masalah,” kata Roni, “sekarang bisa lanjutin nggak, ceritanya?”
          “Oke,” jawabku. Lalu aku melanjutkan cerita.

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar