Nihon Daisuki!
San
Hari ini adalah hari pertamaku sekolah
di Jepang, dan sekolah yang aku masuki adalah Itsumura no gakkou yang artinya Sekolah Itsumura. Aku pergi diantar
taksi bersama Mama yang akan pergi kerja.
“Gianna sekolah dulu, ya Ma,” kataku sambil
mencium tangan Mama setelah kami sampai di Sekolah Itsumura, “assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam. Pake Bahasa
Jepangnya, ya nak!” kata Mama.
Setelah pamit, aku langsung berjalan
ke Sekolah Itsumura yang megah beserta halaman yang dipenuhi pohon sakura. Pasti adik-adikku akan suka melihat sekolah
ini, batinku. Namun, ketika berjalan masuk, seseorang menabrakku di
belakang.
“Oh!” aku kaget.
“Sumimasen,
sumimasen! (Maaf, maaf!)” kata gadis yang tadi menabrakku.
“Eh, daijoubu desu (tidak apa-apa)” aku mulai berbahasa Jepang, lalu
kami berdua berjalan ke kelas sambil memperkenalkan diri.
“Hajimemashite.
Watashi wa Gianna desu (Perkenalkan. Aku Gianna),” kataku.
“Hajimemashite.
Reiko desu (Perkenalkan. Aku Reiko),” kata gadis itu.
“Doozo
yoroshiku onegai shimasu (Senang bertemu denganmu),” kataku lagi. Reiko pun
mengatakan hal yang sama.
Sekolah Itsumura mempunyai tiga
lantai. Lantai satu untuk SD, lantai dua untuk SMP, dan lantai tiga untuk SMA.
Jadi aku belajar di lantai tiga. Aku harus naik tangga dan itu sangat membuatku
kecapaian.
“Koko
wa kyoushitsu desu (Ini kelas),” kata Reiko.
Aku terkagum-kagum dengan kelasnya. “Waa, hiroi (wah, luas),” kataku.
Kemudian, bel masuk berbunyi. Aku dan Reiko bergegas duduk. Murid-murid lain
masuk ke kelas.
Setelah semuanya duduk, seorang sensei (guru) wanita bertubuh
langsing, kulit putih, dan berambut hitam bergelombang masuk ke kelas.
“Ohayou
gozaimasu (selamat pagi),” salam sensei
itu.
“Ohayou
gozaimasu!,” jawab kami semua
serempak.
“Hari ini, kita kedatangan murid baru.
Ayo perkenalkan dirimu di depan kelas,” kata sensei itu dengan ramah.
Aku lalu maju ke depan lalu memperkenalkan
diri dengan Bahasa Jepang. “Hajimemashite.
Watashi no namae wa Gianna desu. Doozo yoroshiku onegai shimasu (Perkenalkan.
Namaku Gianna. Senang bertemu),” kataku.
“Ja
(baik). Shitsumon ga arimasuka (ada
pertanyaan)?” tanya sensei itu.
“Hai,
sensei (Iya, guru),” kata salah
seorang murid laki-laki.
“Silahkan bertanya,” kata sensei itu.
“Doko
kara kimashitaka (dari mana asalmu)?” tanya murid itu.
“Watashi
wa Indonesia kara kimashita (aku berasal dari Indonesia),” jawabku. Mulut semua
murid menganga lebar. Kemudian, ada murid lagi yang bertanya.
“Kenapa kamu pindah?” tanya murid itu.
“Ibuku mendapat tugas kerja di sini,”
jawabku, “beliau seorang dosen Bahasa Jepang dan beliaulah yang mengajariku
Bahasa Jepang sejak umurku 7 tahun.”
Semua murid ber-oh panjang. Lalu
banyak yang memberiku pertanyaan. Ada yang bertanya mengenai keluargaku, hobi,
dan lain-lain. Namun mereka tidak bisa bertanya banyak karena waktunya belajar.
Nama sensei itu adalah Eri.
Pelajaran pertama adalah Bahasa
Jepang, dan Eri sensei adalah
gurunya. Walaupun ini pertama kali aku belajar Bahasa Jepang di negaranya
sendiri, aku masih harus belajar banyak kata, dan Eri sensei sangat baik padaku.
Setelah pelajaran Bahasa Jepang
selesai, waktu istirahat tiba dan Reiko memperkenalkanku kepada ketiga
temannya. Nama mereka adalah Nagisa, Daichi, dan Mitsuo. Kami lalu mengobrol
bersama.
Sepulang sekolah, aku menceritakan
hari pertamaku di sekolah ke Mama. Kemudian kami shalat Ashar lalu mengobrol
dengan Papa, Roni, Rani, Kakek, dan Nenek di laptop.
******
“Baik banget nggak, teman-teman kamu?”
tanya Mas Edwin.
“Mereka baik banget, Mas,” jawabku.
“Wah, harapin aja Roni bisa ketemu
sama mereka,” kata Roni.
“Tapi Kak Roni bagus nggak, Bahasa
Jepangnya?” goda Rani.
Roni terdiam. Kami semua tertawa, lalu
aku melanjutkan cerita.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar