Nihon Daisuki!
Juu
Hari Senin di sekolah, aku dan
teman-teman melihat Eri sensei memasuki
kelas dengan seorang pria bertubuh tinggi. Kami semua bertanya-tanya. Siapa, ya
pria itu?
“Ohayou
Gozaimasu,” salam Eri sensei kepada
kami.
“Ohayou
Gozaimasu,” salam kami.
“Minna-san,
apakah kalian tahu siapa laki-laki ini?” tanya Eri sensei.
“Wakarimasen
(Tidak tahu),” jawab kami semua.
“Ja,”
kata Eri sensei, “Minna-san, laki-laki ini adalah Fujisaki
Honekawa. Beliau dari salah satu stasiun TV di Jepang, dan beliau ingin membuat
artikel tentang 10 sekolah terbaik di Jepang, dan Sekolah Itsumura adalah salah
satu sekolah yang terbaik menurutnya.”
Kami semua kaget. Kami semua tidak
menyangka, sekolah kami akan masuk TV! Oh
My God!
Eri sensei lalu mengatakan, “karena ada 25
murid di kelas ini, saya akan memilih 5 murid terbaik untuk di wawancara di
auditorium di lantai pertama, dan 5 murid yang saya pilih adalah....”
Suasana menjadi tegang. Siapa 5 murid
yang dipilih Eri sensei untuk di
wawancara?
“...Mitsuo, Tadashi, Nagisa, Ken, dan
Gianna.”
Mendengar ini, aku langsung menunjuk
tangan. “Sensei, kenapa sensei memilihku sebagai murid terbaik?”
tanyaku.
“Gianna-san,” jawab Eri sensei, “alasan saya memilih kamu
sebagai murid terbaik karena kamu selalu menginspirasi kami semua dengan
sebagian budaya negaramu, dan kamu adalah murid dari Indonesia pertama yang
belajar di sekolah ini.”
Aku pun senang sekali mendengar itu.
Kata-kata Eri sensei seperti apa yang
dikatakan Reiko kepadaku kemarin ketika piknik di taman Sakura:
“kamu sudah mempunyai teman-teman di sini, dan kami
beruntung mempunyai kamu, karena walaupun kamu dari luar negeri, kamu sangat
berarti, dan kamu menginspirasi kami dengan membagi bagian dari budayamu.”
“Doumo Arigatou Gozaimasu (Terima kasih banyak), sensei,” kataku senang sekali, lalu
waktunya untuk belajar.
******
Setelah semua pelajaran berakhir,
waktu wawancara pun dimulai di auditorium sekolah. Banyak murid terbaik dari
kelas lainnya yang sedang wawancara, begitu pula murid-murid terbaik dari SD
dan SMP Itsumura.
Sebelum diwawancara, aku bertanya
kepada Mitsuo dan Nagisa. “Kenapa kalian terpilih menjadi murid terbaik?”
Mitsuo menjawab, “aku terpilih menjadi
murid terbaik karena aku kreatif dan suka menggambar Manga. Aku ingin menjadi
komikus saat aku besar nanti.”
Sementara Nagisa menjawab, “aku
terpilih menjadi murid terbaik karena aku suka menari, dan aku ingin membuka
kursus tari sendiri dan menjadi koreografer.”
Tak lama kemudian, aku mulai di
wawancara oleh salah satu wartawan. Banyak pertanyaan yang diajukan si wartawan
untuk Gianna. Mulai dari nama, umur, kota asal, sejak kapan belajar Bahasa
Jepang, suka duka belajar di sekolah Itsumura, dan lain-lain. Wawancara
berlangsung sampai jam 2 siang.
Di apartemen, aku bercerita kepada
Mama tentang kejadian tadi di sekolah.
“Gianna terpilih sebagai murid terbaik,”
kataku, “Mitsuo dan Nagisa juga. Kami bertiga di wawancara, ma.”
Mama tersenyum. “Mama bangga sekali
sama kamu, nak! Ibu tidak sabar melihat hasil wawancara kamu kalau artikelnya
sudah ada.”
Malam itu saat aku membantu Mama memasak
shabu-shabu untuk makan malam, aku mendapat BBM dari Reiko. Aku harus
menyalakan channel TV yang
mewawancarai Sekolah Itsumura. Aku lalu mencuci tangan lalu menyalakan TV.
Kemudian aku mencari channel TV yang
dimaksud Reiko.
Melihat apa yang ditayangkan di channel TV itu, aku terkejut bukan main.
Mama yang mendengarku teriak langsung menghampiriku. Aku lalu menunjuk TV.
Sekolah Itsumura sudah di tayangkan bersama aku dan murid-murid lainnya yang di
wawancara. Aku senang sekali.
Keesokan harinya ketika istirahat, aku
dan teman-teman melihat berita di bulletin sekolah tentang Sekolah Itsumura
masuk TV. Aku tidak akan melupakan pengalaman itu.
******
“Wah, aku harap sekolah Roni dan Rani
bakal di wawancara juga,” kata Roni, “terus kalau Pak Eddy memilih Roni, Roni
bakal di wawancara.”
“Hey, jangan lupa Rani, dong! Rani
juga mau di wawancara!” kata Rani.
“Iya, tapi kan kamu harus punya bakat
bagus. Roni aja pinter Bahasa Inggris. Kalau Rani, cuma mau jadi psikolog,”
ejek Roni.
“Iih, Kak Roni nyebelin, deh!” Rani
pun kesal. Semuanya pun tertawa. Lalu aku melanjutkan cerita.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar