Nihon Daisuki 2: Dainigakki
Juu
Satu minggu berlalu setelah Asuna
meninggal. Hari Selasa, aku dan teman-teman berkumpul di mejaku untuk mengobrol
bersama. Kami semua sudah datang, kecuali Nagisa.
“Koq Nagisa belum datang?” tanya Mitsuo.
“Entahlah. Mungkin dia sedang terjebak
macet,” kata Daichi.
Kemudian, Nagisa datang.
“Ohayou
gozaimasu!” kata Nagisa, “gomenasai.
Tadi aku heboh banget tadi.”
“Hah, memangnya kenapa?” tanyaku, “kenapa
kamu heboh?”
“Sabtu ini, sekolah tariku akan
mengadakan lomba menari,” kata Nagisa, “apakah kalian berempat bisa datang?”
Mulut kami semua menganga lebar. “Sekolah
tarimu mengadakan lomba menari?” tanya Mitsuo.
Aku mengangguk. “Kebetulan aku sedang
tidak ada kegiatan Sabtu ini.”
“Aku juga sedang tidak ada kegiatan
Sabtu ini,” kata Reiko.
Mitsuo berpikir. Lalu dia menepuk
kepalanya. “Sial. Sabtu ini aku ada acara keluarga. Gomenasai. Aku tidak bisa datang ke lomba menarimu, Nagisa-san.”
“Daijoubu
(tidak apa-apa), Mitsuo-san,” kata Nagisa, “kalau Daichi-san, kamu bisa datang?”
Daichi menggeleng. “Gomenasai. Aku dan keluargaku akan pergi
mengunjungi Nenekku Sabtu ini.”
Lalu Nagisa berkata, “Oke, jadi yang
ikut melihat aku lomba menari hanya aku dan Reiko.”
Aku dan Reiko mengangguk. Lalu kami
melanjutkan obrolan kami.
******
Saat hari Sabtu, aku pergi bersama
Reiko ke sekolah tarinya Nagisa. Sesampainya di sana, kami melihat banyak
kontestan menari, dan tidak hanya kontestan dari Tokyo, ada juga kontestan dari
kota-kota lain, seperti Hokaido, Osaka, Fukuoka, Nagasaki, dan lain-lain.
Berapa menit kemudian, Nagisa muncul
dari belakang panggung.
“Itu Nagisa-san!” seru Reiko.
Kami sudah tidak sabar untuk
melihatnya menari, tapi sebelum itu, Nagisa ingin bicara sesuatu di mik.
“Izinkan saya bicara mengenai solo
yang akan saya tampilkan,” kata Nagisa, “Beberapa bulan yang lalu, sekolah saya
kedatangan murid baru. Namanya Asuna Kobayashi.”
Aku dan Reiko kaget sambil melihat
satu sama lain mendengar apa yang Asuna bicarakan. Lalu Nagisa melanjutkan
pembicaraannya.
“Kami berdua mempunyai hobi yang sama,
yaitu menari. Tapi Asuna menyukai balet. Aku pernah melihatnya menari balet di
resitalnya. Aku pikir kita berdua akan menjadi sahabat dekat. Tapi...”
Hening seketika. Nagisa menghela napas
panjang. Lalu dia kembali berbicara. “Tapi tiba-tiba saja terserang penyakit
yang menyerangnya sejak umurnya 10 tahun, yaitu Tuberkulosis. Lalu beberapa
hari kemudian.....dia meninggal.”
Nagisa menghela napas lagi. Lalu dia
kembali berbicara. “Solo ini akan aku tampilkan untukmu, Asuna-san.”
Nagisa lalu mengembalikan mik,
kemudian dia mulai menampilkan solonya dengan lagu Footprints In The Sand nya Leona Lewis. Aku pernah mendengar lagu
itu sebelumnya dan itu membuatku menangis. Lalu Nagisa menggunakan ini di
solonya. Aku harap Asuna yang sekarang di akhirat bisa melihat solonya ini.
Setelah melihat penampilan
kontestan-kontestan lainnya, waktunya pengumuman pemenang.
“...dan juara pertama lomba menari di Tokyo School Of Modern Dance adalah.....”
Seluruh kontestan menepuk tangan
mereka di lantai untuk membuat suara drum, lalu nama juara pertama pun di
sebutkan.
“Koizumi Nagisa!”
Aku dan Reiko kaget. Nagisa menang!
Dia diberikan piala, medali, dan sertifikat. Aku dan Reiko lalu berlari ke
arahnya.
“Nagisa-san!” seru kami berdua
serempak sambil memeluk Nagisa.
“Tarianmu tadi emosional sekali!” kataku,
“mataku sampai berair.”
“Iya, Asuna pasti bangga denganmu
sekarang!” kata Reiko.
“Aku tahu,” kata Nagisa dengan mata
berkaca-kaca, “terima kasih kalian berdua.”
Kami bertiga pun berpelukan lagi.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar