Perkemahan Yang Berharga
Pernah mengikuti kemah? Aku pernah
mengikutinya. Tapi perkemahan yang aku ikuti ini sangat bermanfaat, berharga dan penuh
aktivitas yang seru. Nama perkemahan yang aku ikuti adalah Indonesian Youth Camp For Change, atau bisa dibilang Youth Camp.
Indonesian
Youth Camp For Change adalah perkemahan yang didirikan oleh sebuah organisasi
bernama Plan Indonesia. Aku diminta salah satu kakak di organisasi ini
sekaligus mahasiswa lamanya Mamaku yang bernama Kak Saneri atau Kak Shere untuk
mendaftar ke Youth Camp ini, karena
dia merasa aku punya potensial. Lalu beberapa hari kemudian, aku mendapat
berita kalau aku diterima oleh Plan untuk mengikuti Youth Camp ini. Aku merasa senang sekali, karena di Youth Camp ini, aku akan belajar
menyalurkan suara untuk menolong anak-anak muda, dan aku akan belajar
menyalurkan suara untuk menolong anak-anak berkebutuhan khusus (disingkat ABK).
Youth
Camp ini berlangsung satu minggu, dari tanggal 16-19 Mei 2016 di villa
Santa Monica. Tapi kami berangkat ke villanya di hari Minggu dari Menara Duta.
Aku bertemu dengan banyak sekali peserta dan anggota Youth Advisory Panel (disingkat YAP. Maksudnya panel yang berisi 9
anak muda yang mewakili wilayah kerja Plan masing-masing) Plan. Mereka semua memiliki
pengalaman bekerja di sebuah organisasi, komunitas, lembaga atau forum. Mereka
juga baik dan mengerti kekuranganku karena sebelum hari kemah, kami berkenalan
dan mempelajari materi yang diberikan di Facebook. Sebagian dari mereka ada yang dari Aceh,
Medan, Malang, Nusa Tenggara Timur, dan daerah-daerah lainnya.
Di hari pertama, acara dimulai
dengan pembukaan, lalu games dari dua peserta. Kemudian kami belajar mengenal
Plan. Plan adalah organisasi international yang berpusat pada anak. Lalu kami
kerja kelompok. Masing-masing kelompok memilih isu di dalam map yang sudah
dibagikan setelah kami sampai, dan kelompokku mendapat isu perkembangan anak,
lalu kami menunjukkannya dengan cara kreatif, seperti menari/drama, dan
kelompokku menampilkan drama dan aku menjadi narator. Setelah itu, kami mempelajari
hak anak dan cara mengklaimnya. Kami menjawabnya dengan menulis di kertas, dan
aku menulis tentang hak anak autis dan bagaimana cara mengklaimnya. Malamnya,
kami belajar tentang BIAAG, singkatan dari Because
I Am A Girl, gerakan untuk memperjuangkan hak anak perempuan. Dari gerakan
itulah aku belajar, bahwa masalah anak muda lebih banyak terjadi pada anak
perempuan.
Di hari kedua, kami belajar mengenai
Advokasi. Advokasi adalah kegiatan membantu orang melakukan apa yang kita pikir
benar. Ketika belajar itu, kami belajar masing-masing huruf Advocacy (Bahasa Inggrisnya Advokasi)
dengan beberapa peserta melakukan fashion
show, salah satunya aku, dan peserta-peserta yang gayanya bagus akan
mendapat hadiah berupa snow globe Taj
Mahal yang dibeli di India dari Bu Mingming, country directornya Plan Indonesia, dan aku adalah salah satu
peserta yang gayanya bagus. Lalu kami belajar menganalisa isu anak, dan kami
dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, dan kelompokku berdiskusi mengenai
“kurangnya rasa aman dan nyaman pada anak berkebutuhan khusus.” Setelah
diskusi, kami presentasi, dan aku menjelaskan 4 hal yang harus dilakukan
pemerintah kepada anak autis yang sudah aku diskusikan dengan Kak Saneri ketika
makan siang, dan keempat hal itu diantara lain:
1.
Pemerintah harus diberi tahu apa itu autis
2.
Anak-anak autis harus diperhatikan, dihargai, dan dibantu
3.
Anak-anak autis harus diberikan fasilitas berupa sekolah Inklusi
4.
Anak-anak autis dan anak-anak normal itu sama-sama manusia
Malamnya, kami
melakukan diskusi online dengan
anggota-anggota Youth Advisory Panel
Plan dari Jepang, Jerman, dan Filipina. Mereka berdiskusi mengenai masalah anak
muda di negara mereka dan yang mereka ketahui di Indonesia.
Di hari ketiga, kami belajar Strategy Choice yang artinya pemilihan
strategi. Jadi kelompok ABKku berdiskusi mengenai beberapa strategi untuk
memberi masukkan kepada Plan tentang membantu ABK. Hasilnya akan diumumkan di
hari terakhir. Setelah itu, kami mempelajari proyek Green Skills dan Green Jobs
yang dilakukan oleh Kak Juan dan Kak Norbes dari Nusa Tenggara Timur. Kak Juan
memberi presentasi masalah alam dan apa yang dilakukan dia dan teman-temannya
lakukan untuk mengatasinya. Sementara Kak Norbes menceritakan prestasinya.
Walaupun hanya lulusan SMP, Kak Norbes bisa menghasilkan tanaman, dan
penghasilan yang dia buat itu sekitar 17 juta. Kak Norbes hebat sekali. Setelah
itu, kami melakukan Photo Workshop,
kegiatan bercerita melalui foto. Jadi kami menceritakan isu melalui foto. Jadi
kami menceritakan isu melalui foto. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Tema
kelompokku masih ABK, tapi aku satu kelompok dengan Kak Norbes, Kak Vinus, Kak
Wahyu, Kak Tika, dan Kak Dina. Aku jadi ABKnya, Kak Vinus jadi fotografer, Kak
Dina jadi guru BK, sementara Kak Norbes, Kak Wahyu, dan Kak Tika jadi para
pembullynya. Setelah itu, kami latihan menyanyikan lagu Theme song Because I Am A Girl yang dibuat Plan International
Indonesia sendiri.
Malamnya, kami mengadakan Farewell Party. Kami memakai pakaian
hitam putih dengan aksesori pink. Sebagian anggota Plan akan wisuda, dan supaya
pestanya meriah, Plan mengundang tamu spesial, yaitu J-Flow, si penyanyi rap.
Kami semua menari saat J-Flow menampilkan beberapa lagunya. Setelah itu, kami
menyanyikan lagu theme song BIAAG
bersama, tapi karena kami semua tidak hafal, kami melihat kertas Microsoft Word di depan kami dengan
iringan gitarnya Kak Vinus, lalu kami menari sampai waktu tidur tiba, walaupun
aku tidur duluan karena mengantuk.
Aku dan teman-teman
Youth Camp di Farewell Party
Di hari terakhir,
kami diskusi mengenai apa yang kita lakukan selama Youth Camp dari hari pertama sampai hari ketiga. Lalu hasil Strategy Choice. Plan telah memilih 3
strategi paling bagus dari masing-masing kelompok, dan ketiga strategi paling
bagus yang dipilih Plan dari kelompokku adalah rapat untuk orang-orang yang
belum mengerti ABK, pendirian sekolah Inklusi tidak hanya untuk di
kota/kabupaten, tapi juga di kampung/desa, dan pendirian sekolah tinggi untuk
ABK, dan karena ide ABK adalah ideku, aku harus memilih satu strategi, dan itu
untuk rencana ide program Plan 5 tahun ke depan. Aku memilih sekolah Inklusi
karena ABK butuh pendidikan berbeda, dan aku mau pemerintah membangun Sekolah
Inklusi tidak hanya di kota/kabupaten, tapi di kampung/desa juga.
Setelah itu, kami mengadakan outbound, tapi aku cuma ikut sebentar
karena muntah-muntah. Jadi aku makan sore bersama Kak Dina Chaerani (Kak
Dinanya ada 2 di Youth Camp) dan Kak
Kanza. Lalu sambil makan, Kak Kanza menjelaskan tentang orang dengan transgender (laki-laki jadi perempuan,
perempuan jadi laki-laki). Jadi kalau aku memanggil orang tersebut banci,
berarti aku membully. Aku harus menyebut mereka Waria.
Kemudian aku kembali ke kamar villa
untuk ganti pakaian pulang. Aku rindu Mama, Papa, Lila, Opa, dan kedua
kucingku, Chichi dan Chaplin.
Mengikuti Youth Camp ini, adalah pengalaman yang berharga dan bermanfaat bagiku, karena dari
Youth Camp ini aku belajar mengenai
isu-isu di negara kita, dan semua peserta sangat baik kepadaku. Harapanku,
semoga Youth Camp ini memberi masukan
kepada semua anak muda untuk mempelajari isu-isu di negara kita dan juga
belajar menyumbangkan suara untuk menghentikan isu-isu tersebut.