Nihon Daisuki 2: Dainigakki
San
Hari Senin, seperti biasanya aku
sedang mengobrol bersama teman-teman, begitu pula dengan murid-murid lainnya di
kelas 10. Lalu tak lama kemudian, Eri sensei
datang dengan seorang murid. Kami semuapun berdiri, lalu membungkuk tanda
salam.
“Ohayou
gozaimasu,” kata kami semua.
“Ohayou gozaimasu,” kata Eri sensei, “Minna, hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Ayo perkenalkan
dirimu.”
Murid baru itu pun memperkenalkan diri. “Hajimemashite. Asuna Kobayashi desu. Juu go
sai desu. Doozo yoroshiku onegai shimasu (Perkenalkan. Namaku Asuna
Kobayashi. Umurku 15 tahun. Senang bertemu),” kata murid itu.
“Asuna ini pindahan dari SMA Tatsunagi.
Terimalah dia dengan baik, ya,” kata Eri sensei.
“Hai (iya),” jawab kami semua serempak.
“Ja,
Asuna-san, duduklah disebelah Gianna-san,” kata Eri sensei.
Asuna lalu duduk di sebelahku, dan
dengan senang hati aku mempersilahkannya duduk di sebelahku.
“O
namae wa nan desuka (namamu apa?)” tanya Asuna kepadaku.
“Watashi
wa Gianna desu. Doozo yoroshiku onegai shimasu (namaku Gianna. Senang
bertemu denganmu),” jawabku kepada Asuna. Lalu, waktunya pelajaran Bahasa
Jepang.
Ketika istirahat pertama, aku
memperkenalkan Asuna kepada teman-temanku, lalu kami mengobrol bersama di
kelas.
“Indonesia?” tanya Asuna.
“Iya,” kataku. Lalu aku menceritakan
alasanku sekolah di Jepang.
Asuna lalu bertanya, “apakah kamu
mempunyai ayah dan saudara di Indonesia, Gianna-san?”
“Aku mempunyai ayah dan dua adik yang
kembar. Laki-laki dan perempuan,” jawabku.
“Kalau aku mempunyai dua kakak dan
tiga adik,” kata Asuna.
Aku dan teman-teman kaget. “Saudara
kamu banyak sekali!” kata Reiko.
Asuna hanya tersenyum. “Kalau Reiko-san,
Nagisa-san, Daichi-san, dan Mitsuo-san punya saudara atau tidak?”
“Aku mempunyai kakak perempuan, dan
dia sedang kuliah S2 di Inggris,” kata Reiko.
“Aku mempunyai adik perempuan. Dia
satu sekolah denganku, dan dia duduk di kelas 2 SMP,” kata Daichi.
“Kalau aku cuma anak tunggal, dan
rasanya sepi kalau tidak punya saudara,” kata Nagisa.
“Aku juga tidak punya saudara,” kata
Mitsuo. Daichi mengelus punggungnya. Kemudian, bel masuk berbunyi. Waktunya
pelajaran Seni Budaya.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar