Nihon Daisuki! 2: Dainigakki
Ni
Sorenya, di apartemen, setelah aku
Shalat Magrib, aku melihat daftar ulang tahun teman-temanku. Reiko, 14
November. Daichi, 2 Mei. Mitsuo, 15 April. Nagisa, 6 Januari??! Oh my god, berarti sebentar lagi, dong!
Aku harus memberitahu teman-teman tentang ini. Aku mengirim BBM ke Reiko.
Reiko-san,
sebentar lagi Nagisa ulang tahun!
Lalu Reiko menjawab,
Nani
(apa)? Kapan?
Aku lalu menjawab,
6
Januari
Reiko
lalu menjawab,
Oh, tanggal 6 Januari. Ja (baik), aku akan beritahu Daichi, dan aku akan menyuruhnya mengirim BBM ke
Mitsuo mengenai ini
Aku lalu
mengirim jawaban oke, lalu aku membaca
komik anime kesukaanku, Sket Dance.
******
Keesokan harinya di sekolah, aku
berkumpul bersama Reiko, Daichi, dan Mitsuo. Kebetulan Nagisa belum datang.
Jadi, waktunya rencana.
“Besok, kan Nagisa ulang tahun,” kataku,
“apa yang harus kita lakukan?”
Kami semua pun berpikir. Namun....
“Ohayou
Gozaimasu! “
Kami semua kaget. Kami menoleh.
Ternyata Nagisa.
“Sedang ngobrol apa kalian?” tanya
Nagisa.
Kami terdiam. Lalu Daichi berkata, “emm,
cuma tentang makanan. Hehehe.”
“Oh, so desuka (begitu ya)?” Nagisa mengangguk. Lalu setelah dia duduk,
dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
“Sore
wa nan desuka (apa itu)?” tanya Reiko.
“Undangan ulang tahunku,” jawab
Nagisa, “apakah kalian bisa datang siang ke pesta ulang tahun di rumahku di hari Minggu?”
Aku, Reiko, Daichi, dan Mitsuo saling
berpandangan, lalu kami merangkul untuk berdiskusi. Setelah itu, kami menjawab
pertanyaan Nagisa.
“Aduh, Nagisa-san, maaf sekali ya,”
kataku, “hari itu aku akan menemani Ibuku belanja.”
“Aku juga tidak bisa datang,” kata
Mitsuo, “jadwal les manga ku diubah dari pagi ke Siang.”
“Kalau aku, aku akan pergi ke rumah Nenekku,”
kata Reiko.
“Hari itu aku juga ada keperluan,”
kata Daichi, “aku akan pergi ke sebuah pesta pernikahan teman ayahku.”
Nagisa mengangguk lagi, “oh, oke. Aku
mengerti. Aku ke perpustakaan dulu, ya,” kata Nagisa. Wajahnya berubah menjadi
sedih setelah mendengar perkataan kami. Kami merasa bersalah telah membuatnya
sedih.
******
Beberapa hari kemudian, ulang tahun
Nagisa tiba. Aku memakai gaun pesta tanpa lengan bewarna merah, salah satu
warna kesukaanku. Lalu aku menguncir setengah saja rambut coklatku. Setelah itu
aku berdandan, karena penampilanku untuk pesta ulang tahun teman tidak akan
bagus kalau tidak ada make up.
Setelah aku berdandan, aku berkumpul bersama
bersama teman-teman di Sekolah Itsumura. Lalu kami rumah Nagisa naik mobil Reiko,
karena Reiko tahu dimana rumah Nagisa.
Sesampainya di rumah Nagisa, kami
melihat banyak orang. Menurutku mereka adalah kerabat-kerabat Nagisa.
Lalu, kami melihat seorang gadis
menuruni tangga. Dia memakai gaun bewarna krim. Rambutnya yang pendek diberi
jepitan bunga mawar bewarna krim juga.
“Itu Nagisa,” kata Reiko.
“Kireina
desune (cantik sekali),” kataku. Lalu aku melihat dia melihat kearah kami.
“Minna-san!
“ serunya. Dia langsung menghampiri kami.
“Surprise!
Hehe,” kata Daichi.
“Bu, bukan kalian punya urusan?” tanya
Nagisa, “Gianna-san, bukannya kamu harus menemani ibumu? Reiko-san, bukannya
kamu hari ini kerumah nenekmu? Daichi-san, bukannya kamu hari ini ke pesta
pernikahan teman ayahmu? Dan Mitsuo-san, bukannya les mangamu diubah siang?
Kenapa...”
“Nagisa-san,” kataku, “gomenasai (maaf (untuk orang yang
dikenal saja)) Kami tidak bermaksud membuatmu sedih. Kami terpaksa mengerjaimu,
karena tidak ada yang bisa kami lakukan lagi selain melakukan ini.”
Reiko, Daichi, dan Mitsuo juga ikut
meminta maaf. “Kamu maukan, memaafkan kami?” tanyaku lagi.
Nagisa memandang kami satu-persatu.
Lalu dia tersenyum. “Daijoubu desu (tidak
apa-apa). Aku sudah memaafkan kalian, kok.”
Kemudian, kami berlima berpelukan.
Kemudian kami merayakan ulang tahun Nagisa bersama.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar